Di dalam kafe yang hening.
Felicia menundukkan kepalanya, dengan gugup mengaduk kopi di hadapannya.
Suasana jatuh kedalam situasi yang canggung.
"Kencan buta pertama?"
Setengah menit setelah pria itu duduk, dia bertanya dengan suara yang samar.
Auranya terlalu kuat, hanya dengan satu pertanyaan yang sederhana dapat membuat Felicia tambah gugup.
Hari ini adalah kencan buta pertama Felicia dalam hidupnya, di bawah paksaan dan iming-iming ibunya, dia dengan enggan datang ke kafe yang telah dia setujui sebelumnya dan menemukan tempat duduk yang ditentukan.
Awalnya mengira hari ini akan berjalan sebagai formalitas saja, tapi siapa sangka pria yang duduk di sini ternyata adalah Jason Yanarta selaku CEO dari Perusahaan Yanarta.
Seorang yang jika menginjakkan kakinya maka Kota Surabaya akan bergetar tiga kali!
Yang paling parah, Felicia bekerja di Perusahaan Yanarta sebagai pegawai di bagian administrasi.
Orang besar seperti Jason tentu saja tidak akan mengenalinya, tetapi akan sulit bagi Felicia untuk berpura-pura tidak mengenalnya.
Jadi dia sangat gugup sampai tergagap, "Ya, yang, yang pertama....."
Jason dengan matanya yang dingin bolak-balik melihat Felicia, terus bertanya, "Apakah kamu sudah lulus kuliah?"
"Sudah lulus." Felicia secara tidak sadar menelan ludah dan menambahkan, "Lulus dari dua tahun yang lalu."
Mendengar jawabannya, Jason terdiam sejenak, orang yang berparas ganteng ini tidak menunjukkan emosi apapun, tenang bagai angin yang bertiup lembut.
Tapi hati Felicia bergejolak. Sambil memikirkan dewa apa yang disembah ibunya sehingga dia bisa mendapatkan pasangan kencan buta level teratas seperti ini. Di sisi lain, dia berpikir apakah Jason duduk ditempat yang salah?
Masih mengatakan dirinya sendiri salah tempat duduk?
Dari sudut matanya, dia melirik nomor di atas meja, meja itu memang nomor 18.
“Itu...Apakah kamu duduk di tempat yang salah?” Felicia berkata dengan berani.
"Apakah kamu membawa KK?" Jason berkata.
Keduanya berbicara pada saat yang sama dan berhenti tiba-tiba pada saat yang sama.
Felicia setelah mendengar apa yang dikatakan Jason mendongak kaget.
Wajah Jason yang nyaris sempurna begitu dekat sehingga pipi Felicia seketika menjadi merah merona dan pikirannya pun kosong.
Jason Yanarta yang memiliki kulit bagus dengan parasnya yang sangat ganteng bahkan unggul tiga poin jika dibandingkan dengan pria terpopuler saat ini, tetapi karena dia adalah seorang pengusaha, temperamennya yang mendominasi sering membuat orang mundur ketakutan.
Felicia saat kuliah magang di Perusahaan Yanarta, setelah lulus magang, dia kerja selama dua tahun di perusahaan itu.
Dalam dua tahun terakhir, dia jarang melihat Jason Yanarta. Bahkan jika dia melihatnya, dia selalu melihat punggungnya dari kejauhan. Sekarang dia bertatapan muka dengannya, hal ini lebih aneh dari mimpi.
“Apakah kamu masih punya pertanyaan?” Karena Jason melihat wajah Felicia yang memerah, matanya yang dingin sedikit berkurang.
Felicia menggelengkan kepalanya, menghadapi bos nya sendiri, dia bisa punya pertanyaan apa!
Selama waktu itu, ponsel Jason berdering, melihat dia mengangkatnya. Setelah hening sejenak, dia menjawab dengan mantap, "Aku tahu."
Kemudian, dia menutup telepon dan menatap Felicia, "Ayo pergi."
Cara dia berdiri pun semantap cara dia berbicara dan melakukan sesuatu.
Felicia yang mendengarkan kata-kata itu seperti tersihir, berdiri dan mengikuti Jason keluar dari kafe.
Jason tingginya 1,9 meter, dan Felicia Prawira yang ada di belakang tingginya 1,7 meter, dia terlihat mungil dan menawan saat ini.
Felicia mengikuti Jason masuk ke mobil Maybach hitam model bisnis yang ia sering gunakan.
Duduk di mobil mewah seperti itu, Felicia seperti sedang duduk di atas jarum, dia menggerakkan kedua jarinya dengan tidak nyaman, bertanya pada dirinya sendiri dari waktu ke waktu, apakah sekarang dia sedang bermimpi?
Namun, semua reaksinya dilihat oleh Jason.
"Keluargaku memaksaku untuk pergi kencan buta. Aku tidak ingin membuang waktu untuk hal ini. Kamu terlihat rapi dan juga enak dilihat. Tidak masalah jika menikah."
Di dalam mobil yang sepi, Jason tiba-tiba membuka mulutnya berkata.
Suaranya yang seperti magnet itu terngiang di telinga Felicia.
Felicia dengan terkejut melihat Jason, meskipun dia datang untuk kencan buta dengannya, tapi tampaknya juga belum sampai mau menikah.
"Anda, bukankah sebaiknya dipikirkan lagi, kita tampaknya masih, masih belum terlalu...." Kenal.
"Tidak perlu." Jason menyela Felicia, memancarkan rasa dingin di sekujur tubuhnya, dia berkata dengan penuh tekanan, "Jadilah istriku, seorang Jason Yanarta, aku akan memberikan semua yang kamu inginkan."
Felicia tidak tahu, sebenarnya sebelum datang, Jason sudah mengetahui semua tentang dirinya.