JoyNovel

Let’s Read The World

Open APP
Pesona Istri Tua

Pesona Istri Tua

Author:anik_safitri

Finished

Introduction
Dulu aku berprinsip bahwa lebih baik menjadi yang kedua tetapi diutamakan. Daripada menjadi yang pertama tetapi di duakan. Namun ternyata aku salah. Kakak maduku tidak selemah yang aku kira. Tidak berhenti hanya disitu, segala Lika liku juga kehebatannya juga ia tunjukan. Membuat aku yang datang dengan penuh percaya diri menjadi rendah di hadapanya. Seperti apa sosok istri tua suamiku?
Show All▼
Chapter

Gemuruh suara tepuk tangan memenuhi ruangan. Para hadirin menyunggingkan senyum bangga. Di depan sana, seorang wanita cantik menjadi pusat perhatian. Dia wanita yang dapat menaikan statistika Aditama Group melesat tajam. Presiden Direktur. Pucuk pimpinan Aditama Group. Perusahaan milik suamiku.

Dia adalah istri tua suamiku...

Aku kira menjadi yang kedua akan selalu bahagia. Dengan perhatian Mas Tama yang sudah pasti akan selalu condong kepadaku. Dulu aku berpikir bahwa lebih baik menjadi yang kedua tetapi diutamakan. Daripada menjadi yang pertama tapi di duakan.

Tetapi ternyata aku salah...

Aku mengira istri tua hanya akan bisa menangis, lemah dan tak berdaya. Seperti cerita cerita di film itu. Namun lagi lagi aku salah.

Seorang Arumi Winata, wanita sekuat karang di lautan. Walau berkali kali benturan, sayatan mengarah pada dirinya. Nyatanya dia tetap berdiri dengan kokohnya.

Andai aku menjadi Mas Tama. Mungkin aku tidak menduakan wanita tanpa cela seperti Arumi. Walaupun mustahil seorang manusia tanpa cela. Mungkin Allah menutup dengan sempurna aib aib pada diri Arumi. Karena aku tau dia adalah seorang hamba yang selalu mengingat Sang Pencipta nya.

Kini disini, di tempat ini. Aku haru sekaligus malu. Seorang wanita yang dengan sengaja ku masuki rumah tangganya, melesat jauh di depan ku dengan segala prestasi dan kehebatan yang ia torehkan.

*

Gemerincing suara perhiasan aku padukan dalam tanganku. Gaun yang menjuntai indah hingga lantai menambah sempurna penampilan hari ini. Ku tunjukan pada semua orang bahwa calon suami ku bukan orang sembarangan. Pesta mewah di gelar di hotel berbintang lima dengan fasilitas VVIP.

" Selamat menjalanakan ibadah terpanjang dalam hidup," ucap seorang wanita seraya mengajaku berjabat tangan. Wanita bergamis coklat dengan dipadukan jilbab kuning nya. Penampilan yang menurutku terkesan kolot. Entah dia siapa hingga Mas Tama mengundang wanita kampungan seperti itu di pesta mewah ini.

Dengan enggan aku menyambut uluran tangan itu dengan senyum yang ku paksakan. Kurasakan tanganya yang kasar. Membuat aku enggan memyentuhnya lama lama.

" Semoga kita bisa rukun," ucapnya seraya meninggalkanku.

Siapa wanita itu ? Atau mungkin dia Arumi ?

Aku tertawa dalam hati, kalau memang benar itu Arumi, betapa malangnya nasib Mas Tama beristrikan wanita yang tidak pandai mengurus diri sendiri. Wajarlah Mas Tama memilih menikahiku.

Perempuan lemah tanpa daya dan upaya itu pasti dengan mudah aku singkirkan. Karena wanita seperti itu hanya bisa menangis dan terus menangis seperti di sinetron itu.

*

Lima hari aku habiskan bersama Mas Tama berbulan madu di Singapore. Aku manjakan dia. Aku berikan service terbaik. Agar perhatianya tidak lepas dari diriku.

Sebenarnya tidak perlu berlebihan. Hanya disejajarkan saja dengan Arumi, sudah pasti Mas Tama jauh lebih memilihku. Aku juga tidak tahu mengapa dia tidak menceraikan saja si Arumi. Tetapi tidak masalah bagiku. Karena aku pasti lebih unggul daripada istri pertamanya.

" Agnes, kita pulang ke rumahku ya ? Serumah dengan Arumi tidak apa apa kan ?"

" Tidak apa apa dong mas, asal bisa serumah dengan mas Tama," jawabku bergelayut manja di lenganya.

Sebenarnya bukan itu alasanya. Kalau aku lebih memilih tinggal di rumah lain, belum tentu Mas Tama memberiku istana sama seperti yang ia tinggali bersama Arumi.

Pintu gerbang terbuka. Security memberikan penghormatan. Beginikan rasanya menjadi istri konglomerat ? Terasa indah.

" Papa,"

Seorang anak laki laki berlari menghampiri kami. Lalu Mas Tama menggendongnya. Sudah pasti dia anaknya. Sebenarnya aku sedikit tidak suka dengan anak kecil. Ribet. Mau dibilang ibu tiri yang jahat, biarkan saja. Toh disini juga masih ada ibu kandungnya. Tetapi harus ku paksakan bahagia denganya jika bersama Mas Tama.

" Hallo sayang. Namanya siapa ?" tanyaku dengan mencowel pipi gembulnya.

" Tante siapa ?". Aku tidak bisa memjawabnya. Tidak mungkin aku berterus terang kalau aku adalah ibu tirinya. Dia pasti belum mengerti. Aku melirik ke arah Mas Tama. Tampak dia juga kebingugan.

" Tante Agnes ini sekarang jadi adiknya Mama. Rizki salim dong sama tante,". Arumi tiba tiba datang dari arah dapur. Dan dia maaih sama. Masih terlihat kampungan dengan daster panjangnya. Tetapi dari gaya bicaranya dia terlihat perempuan yang baik. Pasti dia juga seorang perempuan yang lemah yang mudah aku perdaya.

" Masak apa Rum ?" tanya Mas Tama.

" Kepiting asam manis, mas."

" Wah enak ini. Makan yuk sayang," ajak Mas Tama menggandengku ke meja makan.

Aku enggan sekali melangkah. Apalagi dengam menunya. Membayangkan saja sudah tidak berselera.

Aku diam mematung di tempatku. Tanpa menyendokan apapun di piringku. Aku pikir seorang pucuk pimpinan Aditama Grup akan tersaji begitu banyak hidangan. Nyatanya hanya ada nasi, lauk, air putih dan buah ala kadarnya.

" Kamu tidak makan, Nes ?" tanya Mas Tama.

" Aku tidak suka seafood mas," ucapku lirih.

" Oh. Di kulkas mungkin ada tahu tempe. Kamu bisa masaknya,"

Aku melongo. Di rumah semewah ini, di kulkas hanya ada tahu tempe. Apa tidak ada ayam atau daging gitu.

" Kenapa mas ?" tanya Arumi.

" Agnes tidak suka seafood," jawab Mas Tama sambil menggerogoti kepitingnya.

' Konglomerat kalau makan seperti orang susah,' batinku.

" Di kulkas ada tahu tempe. Kamu bisa memasaknya. Ma af ya aku hanya memasakan anak dan suamiku. Jadi bisa sendiri kan ?" kata Arumi.

Sebuah perlawanan yang cukup berani. Tetapi tunggu dulu. Aku bisa membalasmu lebih dari ini. Mau tidak mau aku mengambil tahu di kulkas daripada aku kelaparan.

Srenggg...

Aku mulai memasukan tahu ke wajan. Minyak meletup kemana mana. Aku langsung mengambil jarak dari wajan itu.

" Ya Allah. Kamu bisa memggoreng tahu atau tidak sih ? Jangan besar besar apinya," tanya Arumi dengan ketus.

" Biar cepat matang," jawabku enteng.

" Kalau apinya besar, luar nya saja yang matang. Dalamnya masih mentah. Nanti kamu bilang ke Mas Tama suruh carikan guru les privat untuk masak. Aku tidak ada waktu untuk mengajarimu. Kamu disini bukan diperlakukan seperti ratu," kata Arumi dengan berani.

Tanganku mengepal. Dengan sengaja dia menabuh genderang perang denganku.