JoyNovel

Let’s Read The World

Open APP
Para Pembawa Petaka

Para Pembawa Petaka

Author:Rachma Widya

Finished

Introduction
Awalnya kehidupan keluarga mereka sangat harmonis. Namun sebuah kesalahan membuat mereka mengalami musibah. Tidak hanya keluarga mereka yang tertimpa musibah, tetapi orang-orang terdekat mereka pun mengalaminya. Petaka beruntun itu terjadi dalam waktu yang berdekatan, namun mereka saling punya rahasia dan tidak mau mengakui kalau merekalah para pembawa petaka itu. Bagaimana kisah selanjutnya?
Show All▼
Chapter

Seorang pria dan seorang wanita bertengkar di dalam ruang kerja kantor sang pria. Pria itu bernama Hans. Sedangkan wanita itu adalah Maria mantan sekretaris Hans.

Hans memutar badan sambil menggelengkan kepalanya, dia berjalan menjauhi Maria dan mengambil jas yang tersangkut di kursi kerjanya.

Wanita itu mengejarnya dan menarik lengan Hans dengan kasar.

"Mau ke mana kamu, Hans? Mau lari dari tanggung jawab?" Tanya wanita itu hampir berteriak.

Tubuh Hans langsung membalik ke hadapan Maria. Hans langsung melepaskan tangan Maria dengan kasar hingga tubuh Maria terdorong sejauh satu langkah mundur dari tempatnya semula.

"Kamu bicara apa sih, Maria? Tanggung jawab apa yang kamu maksud?" Ujar Hans dengan kesal sambil mencondongkan tubuhnya ke ke arah Maria.

Kini wajahnya hanya berjarak sejengkal dari wajah Maria. Tatapan marah Hans bahkan mampu menembus mata Maria hingga masuk ke jantungnya. Membuat Maria sedikit gelisah.

"Masih saja pura-pura kamu, sudah beberapa hari ini kita membicarakannya tentang hal ini. Apa perlu aku menyebutnya disini agar semua teman-teman satu kantor mau tahu apa yang sedang terjadi?" Kata Maria sambil mengancam dengan suara tertahan.

Bahkan Maria sudah tidak takut lagi dengan apa yang menimpanya nanti. Karena menurutnya, Hans sudah mulai tidak mempedulikan dia lagi, bahkan dia makin susah dihubungi maupun di temui.

Hans menarik sikut Maria sampai ke dada Hans agar Maria mendekat padanya.

"Kalau kamu ingin menghancurkan aku, silakan! Aku sudah tidak peduli. Aku sudah hancur gara-gara kamu. Keluarga aku juga sudah mengetahui tentang kamu, tentang hubungan kita. Jadi, aku sudah hancur. Apa yang ingin kamu hancurkan lagi?" Ujar Hans dengan suara rendah dan tertekan saat mengatakannya di telinganya Maria.

Maria yang mendengar itu langsung tertegun dan merasa putus asa. Bulir air mata jatuh di pipinya. Dia merasa usahanya tidak lagi ada hasilnya. Maria melihat betapa putus asa nya Hans dan dia memilih mempertahankan keluarganya.

Hans melepaskan cengkeraman jari-jarinya di tangan Maria. Maria sedikit terhuyung karenanya.

"Ingat ya, kamu tidak perlu mengancam - ancam aku lagi. Jangan buang-buang energi karena itu tidak akan berhasil dan kamu tetap tidak mendapatkan keinginanmu, dan aku sudah sangat lelah denganmu," Ujar Hans sambil menunjuk wajah Maria dengan marah.

Maria masih terdiam dan terpaku. Air matanya mulai membanjiri di pelupuk matanya. Hatinya sedih dan sakit menerima perlakuan sikap Hans. Kemudian Hans berbalik meninggalkannya begitu saja.

Saat Hans hendak meninggalkan ruangan itu, tiba-tiba telepon seluler miliknya berdering, ternyata itu adalah panggilan dari istrinya.

"Baiklah, aku akan cepat pulang. Aku sedang dalam perjalanan, kamu tunggu ya," Ujar Hans melalui telepon itu. Selesai menerima telepon dari istrinya, kemudian dia bergegas meninggalkan kantor itu dan pulang.

' Pasti itu istrinya, mereka pasti akan merayakan anniversary pernikahan mereka malam ini.' pikir Maria yang mendengar pembicaraan Hans dengan istrinya di telepon.

Maria sangat hafal, kalau hari ini adalah hari perayaan peringatan pernikahan mereka. Dahulu, Maria selalu berhasil membuat Hans memilih untuk tetap bersamanya dibandingkan bersama istrinya di hari spesial itu.

******************

Hans dan istrinya, Caca, sedang menikmati makan malam romantis perayaan ulang tahun pernikahan mereka di sebuah restoran yang baru pertama kali Caca kunjungi.

"Tempatnya bagus ya, Mas. Apakah kamu sering kemari?" Tanya Caca ingin tahu. Wajahnya terlihat sangat bahagia sehingga membuat Hans memikirkan jawaban yang tepat agar tidak merubah kebahagiaan Caca istri yang dicintainya.

"Hanya makan malam saat menemani tamu kantor, ini juga sekretaris atasanku yang merekomendasikan," Jawab Hans santai sambil mengaitkan jari-jarinya ke jari-jari istrinya.

"Sayang … pada malam ini aku juga ingin meminta maaf kepadamu atas kesalahanku selama ini padamu. Kamu mau kan melupakan hal itu?" Ujar Hans memohon dengan penuh penyesalan. Matanya menatap Caca dengan sungguh-sungguh.

Caca mengangguk setuju dan tersenyum sangat manis kepadanya.

Mereka tidak menyadari ada sepasang mata yang mengawasi mereka sejak tadi. Dia adalah Maria.

Maria merasa cemburu kepada sikap romantis Hans kepada Caca, istrinya. Maria bukan tidak tahu kalau Hans sudah punya istri, namun sekarang dia sedang mengandung anaknya Hans.

Maria sudah memberitahu Hans tentang kondisinya yang sedang mengandung saat ini. Namun Hans bukannya makin mencintainya, tapi malah makin menjauhinya. Padahal hubungan mereka sudah berjalan selama 3 tahun.

' Aku harus membalas perlakuan Hans padaku,' pikir Maria. Dia terdiam sejenak tampak ragu-ragu,namun pada akhirnya dia mantap dengan niatnya.

Maria bangkit dari duduknya, dan dia berjalan dengan gayanya yang anggun menghampiri Hans dan istrinya. Betapa terkejut Hans saat melihat ada Maria di sana.

"Hai Maria, apa kabar?" Tanya Caca saat melihat ada Maria.

Sebenarnya Caca sendiri terkejut dengan kehadiran Maria. Caca melemparkan senyum dengan terpaksa pada Maria.

Maria tersenyum dengan berani, sementara Hans merasa dirinya sedang di bawah ancaman membuat sikapnya semakin gugup di hadapan Caca.

"Kok diam saja Mas, ini ada sekretaris kamu loh. Dia masih sekretaris kamu kan?" Kata Caca menyindir Hans.

"Kamu sedang apa berada disini? Kamu mau apa?" Hans mencecar Maria dengan pertanyaan.

Ekspresi wajah Hans memperlihatkan kalau dirinya tidak suka dengan kehadiran Maria. Namun Maria menjawabnya dengan senyuman saja sambil mengangkat satu alis nya seolah-olah sedang menantang Hans.

"Jangan berdiri saja di situ, ayo duduk disini bergabung bersama kami." Caca memaksakan dirinya untuk ramah dengan mengajak Maria bergabung satu meja dengannya.

Sebenarnya Caca tahu, jika kedatangan Maria ditolak olehnya, maka nanti akan ada keributan seperti sebelumnya.

"Jangan, Jangan! … Kamu tidak boleh ikut bergabung di sini. Kamu tidak lihat kalau kami sedang makan malam spesial? Saya minta tolong sama kamu, Maria. Tolong jangan ganggu kami!" Ujar Hans dengan tegas. Dia mulai muak dengan sikap Maria yang keras kepala dan terlalu agresif.

"Ha ha ha … "Maria hanya tertawa sambil memandang sinis kepada Hans.

Perasaan Hans semakin gugup jadinya, saat Maria benar-benar akan ikut duduk satu meja dan bergabung dengan mereka.

Hans langsung berdiri dan menarik lengan Maria untuk pergi dari sana.

Perasaan Caca masih sakit saat melihat sosok Maria, luka di dalam hatinya masih belum sembuh. Luka itu masih sama sejak ia mengetahui bahwa suaminya dengan Maria berselingkuh.

Caca mengetahui bahwa Hans dan Maria sudah lama putus. Caca juga tahu kalau Maria sudah dipecat dari pekerjaannya. Tapi kenapa perempuan itu muncul lagi di hadapannya? Apakah dia ingin membalas dendam pada Caca?

Hans menarik paksa Maria dari lantai 1 sampai tempat parkir restoran dengan cepat. Hans sudah tidak peduli dirinya sebagai pusat perhatian pengunjung restoran.

Berkali-kali Maria mencoba melepaskan diri dari cengkeraman tangan Hans yang kuat, dia hanya khawatir akan berdampak pada kehamilannya, namun dirinya tetap tidak berhasil melepaskan diri.

"Saya peringatkan kamu, kamu jangan macam-macam ya! Ingat kita sudah putus 2 bulan lalu," Ujar Hans sambil mendorong Maria saat di halaman parkir restoran.

"Jika saja aku tidak hamil anakmu, aku tidak mau menemui kamu lagi. Tapi ini anak kamu, kamu harus bertanggung jawab!" Hardik Maria, air matanya kembali menetes.

"Kalau memang terbukti anak di dalam kandungan itu adalah anakku, aku akan bertanggungjawab dan membiayai anak itu, tapi kamu urus sendiri. Mengerti? Jadi, jangan pernah ganggu kami lagi, dan jangan bermimpi aku akan menikahi kamu!" Balas Hans lebih marah.

Hans tidak mungkin menyuruh Maria menggugurkan kandungannya, karena bagaimanapun juga anak itu tidak salah. Namun dia juga tidak ingin menikahi Maria, karena Hans merasa di jebak oleh Maria dengan kehamilannya.

"Besok aku akan transfer untuk periksa kehamilan kamu ke rumah sakit. Sudah sana pergi, jangan ganggu kami lagi!" Ujar Hans sambil mendorong Maria hingga Maria jatuh tersungkur.

Maria menangis, perasaannya sangat sakit diperlakukan buruk oleh Hans. Harapannya menikah dengan Hans, pupus jadinya. Hanya perasaan dendam.

Hans kembali kepada istrinya yang sedang cemberut. Dia menggenggam kedua tangan istrinya untuk memohon maaf.

"Maaf ya aku tidak tahu kalau dia ke sini," Hans merasa takut kalau harus bertengkar lagi dengan istrinya.

"Kamu sering bawa dia kemari ya, Mas?" Tanya Caca menyelidiki. Hatinya sedikit merasa panas.

"Tidak. Aku tidak pernah membawanya kemari. Aku bahkan tidak tahu kalau dia mengikutiku sampai ke sini." Jawab Hans berbohong.

"Mengikuti kamu? Untuk apa dia mengikuti kamu? Apakah sebelumnya kalian sudah bertemu?" Tanya Caca lagi.

Hans merasa gugup karena sudah terlanjur bicara.

' Aduh aku keceplosan!' pikir Hans.

"Iya, dia ke kantor aku tadi, dia minta aku kembali kepadanya. Namun aku menolaknya, dan tiba-tiba dia muncul ada di sini, aku benar-benar tidak tahu. Tapi aku sudah mengusirnya tadi," Jawab Hans yang tidak sepenuhnya jujur. Dia tidak tahu harus menjawab apa pada Caca.

Caca memang melihat Hans mengusir Maria. Namun, Caca tidak mengetahui apa yang sudah mereka bicarakan.