JoyNovel

Let’s Read The World

Open APP
LOVE TRAUMATIC SYNDROME

LOVE TRAUMATIC SYNDROME

Author:Avaya0627

Finished

Introduction
Shayna adalah sosok wanita idaman untuk para pria. Cantik, pekerja keras, baik, jujur, dan sangat menggoda. Hampir setiap hari Shayna menerima kiriman dari para laki-laki yang ingin berkencan dengannya tetapi Shayna hanya ingin berkencan dengan laki-laki tampan saja. Kecantikan Shayna seakan sirna tatkala dia menemukan laki-laki yang susah sekali untuk ditaklukkan. Laki-laki itu adalah Daven, pria yang lebih muda darinya. “Bagiku wanita hanya pengganggu. Menjauhlah dariku!” Itulah ungkapan Daven setiap kali Shayna mendekatinya. Akankah hubungan mereka berakhir dengan manis?
Show All▼
Chapter

Irlandia adalah salah satu negara Eropa yang terkenal dengan destinasi wisatanya. Negara ini sangat terkenal dengan keramahtamahan terhadap warga negara asing.

Pagi ini Shayna membuka mata dari tidurnya yang pulas. Beberapa kali mengerjapkan mata untuk menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke retina matanya.

“Hari ini aku harus dapat kerja!” ucap Shayna tatkala kesadarannya sudah benar-benar penuh.

Wanita itu menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang lalu bergegas ke kamar mandi. Bulan lalu Shayna resmi mendapatkan gelar sarjananya. Dari sisi akademis tidak ada yang kurang dalam diri Shayna namun sampai hari ini tak ada satu pun perusahaan yang mau menerimanya sebagai pegawai.

Sesudah mandi Shayna memerhatikan penampilannya dari pantulan cermin. Tubuhnya masih mengenakan pakaian dalam saja sehingga benda di depannya itu memperlihatkan lemak di perut yang membentuk tiga lipatan. Wanita itu menggoyang-goyangkan gelambir yang terasa empuk itu. Kedua matanya pun beralih pada lengan dan pahanya. Kulitnya putih mulus namun sepertinya kebiasaan menyantap makanan cepat saji dalam jumlah yang banyak tanpa tahu aturan tempat dan waktu membuat kumpulan lemak di tubuhnya bertambah.

“Tidak masalah! Papa selalu mengajarkanku bahwa penampilan bukanlah yang paling penting. Selama aku pintar maka semuanya akan baik baik saja.” Shayna bermonolog dengan diri sendiri seraya senyuman terbit di bibir manisnya.

Wanita itu mulai menyiapkan dirinya. Selalu antusias meskipun sudah lima perusahaan menolaknya. Kini rambut panjangnya terbagi dua ikatan di sebelah kanan dan kiri. Kacamata bulat sudah bertengger menutupi kedua bola matanya. Kemeja putih lengan panjang dan rok span hitam sudah menutupi sebagian tubuhnya.

“Aku cantik,” ucapnya. Perkataan itu tak lupa dia ucapkan setiap pagi karena itu pesan sang ayah sebelum meninggal.

‘Jangan memedulikan perkataan orang lain karena kecantikan hati akan mengalahkan penampilan fisik.’

Mendadak hati Shayna sedih tatkala suara ayahnya terngiang lagi.

“Pagi Ma, pagi Felix.” Shayna menyapa ibu dan adik laki-lakinya seraya memunculkan deretan gigi putihnya yang dihiasi behel.

“Ingin melamar kerja lagi, Nak?” tanya Abigail ibunya.

“Iya, Ma. Ternyata sangat susah untuk mendapatkan pekerjaan,” sahut Shayna sembari mengambil sepotong roti panggang yang sudah disiapkan oleh Abigail.

“Harus bersabar, Nak! Mama yakin pasti ada perusahaan yang tepat untukmu. Anak mama kan sangat pintar.” Abigail memuji karena memang itulah kenyataannya.

“Zaman sekarang tidak cukup hanya pintar saja. Penampilan juga harus menarik. Coba Kakak bercermin! Kakak sama sekali tidak menarik.” Sudah berkali-kali Felix mengucapkan kalimat itu namun tidak pernah digubris oleh saudara perempuannya.

“Aku mencari pekerjaan, bukan untuk melamar pria. Untuk apa aku harus dandan cantik? Banyak perempuan di luar sana yang cantik tetapi otaknya kosong. Aku hanya belum menemukan perusahaan yang tepat saja. Aku yakin masih ada bos yang tidak hanya mementingkan penampilan tetapi mengandalkan kemampuan.” Begitulah setiap hari. Shayna selalu menolak nasihat dari sekitarnya.

“Terserah Kakak saja! semua nasihat tidak pernah masuk di otakmu,” sinis Felix karena ucapannya selalu ditolak oleh Shayna.

“Perhatikan saja nilai sekolahmu! kamu harus tetap melanjutkan pendidikan dan jangan memikirkan biayanya, kamu mengerti?”

Shayna Jovanka Dawson adalah wanita muda yang sangat percaya diri meskipun penampilannya tidak semenarik teman-temannya. Penerimaan dari keluarga dan dua teman masa kecilnya membuat wanita itu lupa jika dunia ini begitu kejam. Maklum saja, selain penampilannya kurang menarik, Shayna juga menutup diri dari orang lain. Wanita berkacamata itu tidak menyadari bahwa penampilan adalah hal pertama yang akan dinilai oleh kebanyakan orang.

***

“Maaf sekali, Nona. Anda tidak memenuhi kriteria sebagai staff di perusahaan kami,” ucap seorang wanita yang duduk berhadapan dengan Shayna di sebuah ruangan.

“Apa nilai saya kurang memuaskan, Nona?” tanya Shayna sembari merapikan kacamata bulatnya.

“Justru karena nilai Anda terlalu bagus jadi kami tidak bisa menerima Nona sebagai staf di sini. seharusnya Nona menjadi guru saja.” Ucapan wanita itu penuh kelembutan namun mengandung kepalsuan. Jelas-jelas dia membutuhkan orang cerdas namun penampilan pelamar kali ini tidak sesuai dengan standar perusahaannya.

“Baik. Saya mengerti.” Raut kecewa terpancar dari wajah Shayna. Wanita itu memutuskan untuk masuk ke dalam toilet karena ingin buang air kecil.

Sembari duduk di atas kloset Shayna berbicara dengan dirinya lagi. “Guru? Aku kan tidak suka mengajar. Sejak kecil aku ingin menjadi sekretaris. Jangan menyerah Shay, kamu harus terus mencobanya!” Shayna pun menyemangati dirinya.

Setelah membersihkan diri, Shayna keluar lalu mencuci tangannya dengan sabun. “Tidak ada yang salah denganku. Ini hanya ujian saja supaya aku lebih tegar,” ucap Shayna dalam hati tak memedulikan dua orang yang memindai tubuhnya dari atas sampai bawah.

“Tidak sadar diri! penampilan jelek seperti itu mau melamar di perusahaan bonafit dan bergengsi,” sindir salah seorang wanita sembari melirik Shayna yang membersihkan busa sabun di tangan dengan air.

“Mungkin saja dia baru keluar dari hutan jadi tidak tahu caranya hidup sebagai wanita normal.”

Kedua wanita tersebut sengaja menyindir Shayna secara terang-terangan namun lagi-lagi Shayna memilih untuk mengabaikannya. Hatinya sudah kebal dengan semua sindiran yang diterima dari orang lain. Selama keluarga dan dua temannya masih bersikap baik, maka dia tidak peduli dengan ucapan orang asing.

Baru saja keluar dari perusahaan yang menolaknya, sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Shayna. “Benarkah?” ketidakpercayaan membuat mata Shayna membola sempurna. Bagaimana tidak? sebuah perusahaan ternama memanggilnya untuk interview kerja.

***

Shayna menjadi pusat perhatian tatkala kaki gempalnya memasuki sebuah gedung perusahaan Adam Company. Setelah ditolak sana sini wanita itu justru nekat melamar di sebuah perusahaan besar bernama Adam Company. Bukan hanya laki-laki saja yang menilai rendah penampilannya, tetapi para wanita pun berpikir demikian.

“Selamat pagi, Nona,” sapa Shayna ketika salah satu pimpinan perusahaan itu telah memintanya masuk ke ruangan.

“Selamat pagi, Nona Shayna Jovanka Dawson.” Seorang wanita berusia 35 tahun menyambut kedatangannya dengan senyuman yang sangat ramah.

“Kami sudah melihat jawaban Nona atas pertanyaan-pertanyaan dan tugas yang pernah kami berikan sebelumnya. Saya tertarik dengan semua jawaban Anda. Saya yakin Nona adalah orang yang jujur dan pekerja keras. Tetapi untuk membuktikannya, saya akan menempatkan Anda di bagian admin terlebih dahulu. Apakah tidak apa-apa?” Kepala HRD itu bertanya terlebih dahulu karena sebenarnya Shayna melamar sebagai sekretaris.

“Tidak apa-apa, Nona. Saya akan melaksanakan tugas saya dengan baik,” sahut Shayna antusias tetapi wajahnya berubah muram tatkala kedua bola mata wanita di hadapannya fokus kepada penampilannya.

“Apakah kamu selalu berpenampilan seperti ini?” wanita bernama Claire itu bertanya.

“Iya, Nona. Apakah saya akan ditolak lagi karena penampilan saya yang seperti ini?” Shayna memegang rambutnya yang dikepang dua.

“Tidak-tidak. Perusahaan ini lebih mengutamakan keahlian, kejujuran, dan kesetiaan. Selama kamu nyaman dengan penampilan tersebut, saya tidak akan mempermasalahkannya.”

“Serius, Nona?” Kedua mata Shayna membulat dan ketidakpercayaan tersirat jelas di sana. Bagaimana tidak? ini adalah perusahaan ketujuh yang dia datangi. Selain itu wanita di depannya ini sangatlah cantik.

“Akhirnya ada perusahaan yang tidak hanya mementingkan penampilan fisik. Ternyata benar apa kata papa. Ketulusan akan mengalahkan kecantikan fisik,” ucap Shayna dalam hati.

“Saya serius. Selamat bergabung di Adam Company.” Claire mengulurkan tangan untuk bersalaman sebagai tanda awal kerja sama yang baik.

“Sekali lagi terima kasih, Nona. Anda baik sekali.” Terlalu bersemangat membuat Shayna tak sadar jika dirinya menggenggam erat tangan Claire.