JoyNovel

Let’s Read The World

Open APP
Pria Pewaris

Pria Pewaris

Author:Nona Girly

Finished

Introduction
Galendra Ivander, seorang menantu yang selalu dihina dan direndahkan oleh keluarga istrinya karena hidup miskin dan tinggal menumpang dirumah mertua. Pekerjaannya sebagai penyapu jalanan membuat dirinya selalu dipandang sebelah mata. Ia memiliki mertua galak dan saudara ipar yang pongah. Tetapi, hal itu tidak membuat Galen putus asa dalam mempertahankan rumah tangganya dengan sang istri, Ayara Dafhina. Suatu hari, seorang pria tua datang mencarinya untuk memberi kabar yang mengejutkan. Ternyata Galen adalah seorang penerus takhta dari salah satu keluarga kaya. Sejak saat itu, hidupnya berubah dibanjiri banyak materi, dan semua orang yang pernah merendahkannya bertekuk lutut seketika.
Show All▼
Chapter

Di sebuah perumahan elit, bendera kematian masih tertancap di depan gerbang. Sanak saudara jauh mulai pergi meninggalkan rumah duka untuk kembali pulang. Sementara, di dalam sana masih terdengar suara kegaduhan.

“Apa kau bilang? Kau hendak meminjam uang padaku?” bentak seorang wanita paruh baya itu kepada Galen, suami dari puteri bungsunya. Suaranya menggelegar ke seisi rumah sampai semua anak dan cucunya berlarian untuk menyaksikan kemarahannya.

“Iya, Bu. Aku berjanji akhir bulan akan membayarnya,” ujar Galen.

Tidak ada cara lain lagi selain meminjam uang kepada mertuanya. Pihak rumah sakit memberinya tenggat waktu sampai sore ini untuk membayar biaya persalinan. Jika tidak, maka isteri dan bayinya tidak akan bisa pulang ke rumah.

Gayatri menggeram dengan wajah marah. “Dasar menantu tidak punya empati kau! Suamiku kemarin baru saja meninggal, dan aku masih dalam keadaan berduka. Tapi kau sudah memancing amarahku hari ini. Kau membuatku malu didepan semua keluargaku!”

Tuan Rodi Adibrata, Ayah mertua Galen yang baik hati itu telah pergi lebih dulu untuk selama-lamanya. Tentu meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga besar Adibrata, terutama bagi Galen dan Ayara. Sebab, satu-satunya orang yang selalu baik dan membela keduanya adalah Tuan Rodi. Bahkan berkatnya, Galen dan Ayara diizinkan tinggal dirumah keluarga Adibrata sejak Galen di berhentikan kerja oleh perusahaan karena pandemi melanda.

“Astaga Galen! Kau sungguh tidak tahu malu. Bukannya memberi papan bunga ucapan duka pada mertuamu, tapi kau malah ingin meminjam uang padanya,” ujar Paman Penrod. Adik ipar Gayatri, si benalu dikeluarga Adibrata tapi orang yang paling unggul dalam merendahkan Galen disaat ada kesempatan.

“Betul yang dikatakan suamiku, Galen! Kau lihat di luar rumah, berderet papan bunga ucapan duka yang dirangkai dengan indah dari semua menantu Adibrata. Mereka memakai nama perusahaan dan bisnisnya. Tapi hanya kau menantu yang tidak melakukan hal itu!” Seorang wanita yang merupakan istri dari paman Penrod ikut bersuara.

“Bibi Janitra, bagaimana mungkin dia melakukan hal yang sama seperti mereka jika dia hanya seorang penyapu jalanan. Haha!” sahut Kavita sembari tertawa melecehkan Galen. Sementara Galen, hanya diam menunduk di bawah kaki ibu mertuanya. Baginya, sudah biasa direndahkan dan dihina oleh mereka semua.

Hera yang tak lain adalah kakak kedua dari Ayara juga ikut mencibir Galen dengan jijik, “Betul! Dia tidak memiliki bisnis atau harta apapun untuk dibanggakan. Lagi pula, ia jelas tidak sanggup untuk membeli papan bunga itu. Dasar miskin!”.

Jika bukan karena hal yang mendesak seperti ini, Galen tidak akan nekat meminjam uang pada ibu mertuanya. Ia pikir, ibu mertuanya akan memberikannya pinjaman tanpa harus marah, sebab uang ini untuk puteri kandung dan cucunya. Namun nyatanya, Gayatri tetap bersikeras menolak permohonan Galen.

Kavita, anak sulung dari keluarga Adibrata berkata dengan sombongnya. “Kemarin ayahku masih membelamu. Tapi mulai sekarang, tidak ada lagi yang akan menjadi penolongmu. Pemilihan presiden semakin dekat, aku tidak ingin media meliput bahwa suami dari adikku seorang penyapu jalanan. Jadi, alangkah baiknya kau angkat kaki dari rumah ini!”

Begitulah Kavita, menjadi yang paling tua bukan berarti bisa bijaksana, malah memiliki rasa dengki yang begitu besar. Apalagi ketika Tuan Rodi masih hidup, Kavita adalah orang yang paling membenci Galen dan Ayara karena selalu dibela oleh ayahnya. Padahal, menantu pertama Tuan Rodi merupakan calon presiden. Tapi, ayah dari tiga anak itu tidak pernah suka dengan suami dari anak pertamanya. Ia lebih menyukai Galen, menantunya yang rendah hati dan memiliki tata krama.

“Galen! Jika kau suami yang bertanggung jawab pada puteriku, maka kau harus mendapatkan uang senilai 50 juta itu tanpa meminjam. Kau tahu? Menantuku yang lain membayar biaya persalinan isterinya dengan uang mereka sendiri!” ujar Gayatri pada menantunya yang masih duduk dibawah kakinya.

“Benar! Kau sebagai menantu seharusnya belajar dari kami para menantu ibu yang memperlakukan anak dan cucunya seperti ratu. Menafkahi dengan memfasilitasi barang-barang modern nan canggih, juga berlimpah materi. Tidak sperti kau, membayar biaya persalinan isterimu saja tidak mampu,” timpal Janu, menantu pertama Gayatri ikut bersuara merendahkan Galen.

Ruang tengah tempat berkumpul keluarga Adibrata sedang ramai saat ini. Mereka saling sahut-menyahut untuk menghina Galen. Tidak ada satu pun yang memihaknya. Bahkan, untuk bertanya perihal keadaan Ayara dan bayinya saja tidak ada yang bersuara. Padahal, isteri Galen tersebut sudah tiga hari berada di rumah sakit untuk mempertaruhkan nyawa demi buah hati mereka.

Galen berdiri, ia sadar bahwa kehadirannya disini untuk meminjam uang hanyalah sia-sia.

“Maaf jika apa yang aku lakukan membuatmu marah dan malu, Bu. Aku pamit untuk undur diri,” pamit Galen dan melangkahkan kakinya untuk keluar.

“Galen!” sapa seseorang.

Galen menghentikan langkahnya dan membalikkan badan ke belakang, tepatnya ke sumber suara.

“Jika kau ingin mendapatkan uang senilai 50 juta itu, aku bisa saja memberimu hari ini juga. Tapi, kau harus menjilat telapak kaki ku terlebih dulu!” Kenan, yang merupakan menantu kedua keluarga Adibrata bersuara.

Perkataan yang dilontarkan Kenan pada Galen mengundang gelak tawa semua orang yang tengah berada di ruangan tersebut. Hal itu membuat Galen kesal, tapi ia tidak berani untuk memperlihatkannya.

Galen melanjutkan langkah kakinya dan memilih untuk tidak menerima tawaran dari suami kakak ipar keduanya itu. Lebih baik ia mencari uang dengan cara lain dari pada harus bekerja seperti seekor anjing yang menjilat kaki tuannya.

***

Galen tiba di rumah sakit. Pria yang berusia 30 tahun itu langsung mendatangi bagian administrasi untuk meminta perpanjangan waktu membayar biaya persalinan isterinya. Sebab, ia belum berhasil mendapatkan uang itu.

Wanita muda dengan seragam serba putih menyambutnya dan bertanya, “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?”

“Aku Galen Ivander suami dari Ayara Dafhina Adibrata, ingin meminta perpanjangan waktu membayar sampai besok,” ujar Galen memohon.

Wanita muda tersebut segera memeriksa data yang Galen sebutkan di komputernya. “Maaf, Tuan. Tidak ada tunggakan anda yang harus dibayarkan. Seseorang telah melunasinya hari ini.”

Galen mengerutkan dahinya dengan heran.

“Bagaimana bisa?” tanyanya dalam hati.

Dari pada terus di hantui rasa penasaran, Galen memutuskan untuk bertanya pada petugas administrasi tersebut. “Nona, apakah kau tahu siapa yang telah melunasi tunggakanku?”

Wanita muda itu melihat layar komputernya lagi. Setelah mendapatkan satu nama ia menjawab, “Di sini tertera rekening atas nama Tuan Baltasar .”

Dahi Galen berkerut. Dalam hatinya berucap, “Mengapa ia melakukan ini padaku?”