JoyNovel

Let’s Read The World

Open APP
SEBATAS KESEPAKATAN PERNIKAHAN

SEBATAS KESEPAKATAN PERNIKAHAN

Author:Ocha_Gumay24

Finished

Introduction
(Bijaklah dalam Membaca Mengandung Unsur 21+) Agatha dan Gilang keduanya menikah atas dasar perjodohan. Pernikahan paksa yang terjadi membuat mereka berdua sepakat untuk membuat sebuah "Perjanjian Pernikahan" Perjanjian yang akhirnya membawa hubungan mereka berdua semakin rumit, Agatha yang selalu bersikap egois sedangkan Gilang berusaha bersikap layaknya seorang suami. Hingga tanpa Gilang sadari, apa yang sedang dia lakukan membuka luka lama yang terpendam di dalam hati Agatha. Luka yang membuat Agatha menjadi sosok seperti saat ini, luka itu juga yang akhirnya membuat hubungan keduanya semakin tak tentu arah. Apalagi orang dimasa lalu keduanya yang kembali, dan berakhir mengusik hubungan mereka. Mampukah Gilang dan Agatha melalui semuanya? Kesepakatan yang dibuat apa akan dibatalkan? Ikuti kisahnya terus!!
Show All▼
Chapter

"Tidak!!"

Ungkapan tersebut dilontarkan oleh seorang gadis bernama Agatha Kania, gadis yang berusia 28 tahun. Kedua orang tuanya sudah menginginkan Agatha untuk menikah namun, gadis itu selalu saja beralasan belum siap.

"Ayah dan Bunda, nggak boleh memaksakan kehendak. Yang menikah itu aku, bukan kalian. Bagaimana jika nantinya suami yang kalian pikir baik ternyata berbanding terbalik?"

Doni hanya bisa menghela napasnya berat, setiap kali pembahasan pernikahan maka sikap Agatha akan selalu seperti ini, Doni sebagai ayah hanya bisa pasrah. Namun, berbeda dengan Diandra wanita yang masih terlihat cantik meskipun sudah tidak muda lagi itu, tetap dengan keputusannya.

"Tidak mungkin kami sebagai orang tua membuat kamu masuk ke dalam gerbang neraka, kamu selalu saja bersikap seperti ini Tha. Umur kamu itu sudah 28 tahun, Bunda pengen gendong cucu," ucap Diandra dengan ekspresi wajah sedih.

Agatha menghela napasnya panjang, wanita itu lalu beranjak dari tempatnya. Bahkan sarapan pagi yang sedang dimakannya, ditinggalkan begitu saja. Diandra ingin mengejar sang anak namun, suaminya melarang hal itu.

"Biarkan saja dulu, nanti kalau dia sudah bertemu dengan orangnya pasti bakalan luluh juga," tutur Doni.

"Tapi Mas …,"

"Sudahlah. Kalian berdua sama-sama keras kepala, tidak akan ada yang mau mengalah. Jadi daripada entar ribut, biarkanlah saja dulu," potong Doni.

Diandra akhirnya mengurungkan niatnya, wanita itu kembali melanjutkan makannya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh sang suami, sedangkan Agatha di dalam kamar begitu gelisah.

"Ini nggak bisa dibiarin. Kalau ayah udah ikut bicara itu artinya hal ini serius!!"

Agatha terus berusaha mencari cara supaya rencana kedua orang tuanya tidak berhasil, apalagi sang ayah juga sudah ikut-ikutan tidak seperti sebelumnya yang hanya bundanya saja yang sibuk, tapi kali ini sudah berbeda ayahnya yang diam tiba-tiba saja ikut bersuara.

Sedangkan di lain tempat, di suasana sarapan pagi dua orang sejak tadi saling memberikan kode satu dengan lainnya, dan hal itu tidak luput dari penglihatan seorang pria yang sedang duduk di meja makan.

"Kalian berdua kenapa sih? tanya pria itu. Dirinya bingung dengan kedua orang tuanya yang saling melempar pandangan ke arahnya. "Papa sama Mama ada hal yang mau dibicarakan? Jika iya, buruan Gilang mau meeting pagi ini," ucap Gilang.

Gilang Pradipta seorang pria berusia 30 tahun, yang masih setia dengan statusnya yang single. Padahal di usia seperti itu, teman-temannya sekarang sudah menikah dan memiliki anak. Gilang terlalu fokus mengejar karir pekerjaannya, pria itu merintis perusahaannya sekarang dari bawah hingga menjadi perusahaan terbesar se Asia.

Meskipun tidak menutupi kemungkinan juga, dibantu oleh sang papa Akbar Pradipta apalagi perusahaan papanya dan Gilang sudah disatukan, sehingga membuat kedua perusahaan itu begitu disegani oleh banyak orang.

Ayu dan Akbar saling tatap satu dengan lainnya, keduanya tidak tahu harus memulai dari mana yang jelas satu hal yang saat ini keduanya pikirkan bahwa mereka harus segera berbicara serius dengan anak tunggal mereka.

"Ma … Pa. Ada apa, kenapa kalian hanya diam saja. Jika tidak ada hal yang serius, lebih baik aku pergi. Pagi ini, meetingnya sangat tidak bisa ditunda," ujar Gilang.

Gilang tahu maksud dari tatapan yang diberikan kedua orang tuanya namun, pria itu seolah tidak tahu apa yang akan dibicarakan kepada dirinya.

"Mama sudah pengen timang cucu Lang. Kapan kamu mau menikah." Akhirnya Ayu mengungkapkan apa yang sejak tadi ingin dibicarakan bersama dengan sang anak.

Gilang menarik napas dengan panjang, pria itu lalu menatap ke arah keduanya. Terlihat jelas dari tatapan sang mama bahwa wanita yang sudah melahirkannya itu, benar-benar mengharapkan apa yang sudah dirindukan.

"Papa dan Mama sudah tua Lang. Kapan kamu mau menikah, kami berdua ingin melihat kamu menikah dan punya anak," sambung Akbar. Mendengar hal itu, semakin membuat Gilang terdiam. Ucapan yang dilontarkan oleh kedua orang tuanya membuat Gilang tidak tahu harus merespon seperti apa, karena saat ini dirinya memang sedang tidak memikirkan hal tersebut.

"Pa, Ma. Gilang serahkan semuanya dengan kalian. Jika kalian sudah mempunyai calon istri, silakan urus semuanya. Gilang tidak akan menolak kembali."

Seolah mendapatkan angin segar, Ayu segera memeluk sang anak. Wanita yang tadi sempat memasang wajah sendu berubah menjadi begitu bahagia.

"Baiklah. Mama dan Papa akan urus semuanya. Terima kasih, Sayang," balas Ayu.

Setelah selesai dengan urusan kedua orang tuanya Gilang lalu langsung pamit untuk pergi ke kantor. Kali ini Gilang tidak akan menolak atau mencari alasan lagi, pria itu juga kasihan dengan kedua orang tuanya yang sudah dengan susah payah mencarikan seorang wanita untuk mendampinginya.

***

"Ya elah muka Lo kenapa sih Tha, kok di tengkuk gitu. Perasaan baru aja gajian ya." Agatha tidak merespon ucapan yang dilontarkan oleh temannya itu, saat ini Agatha sedang bingung dengan apa yang harus dilakukan.

Ucapan dari kedua orang tuanya tadi, benar-benar membuat Agatha memikirkan hal itu dengan sangat dalam. Apalagi sang bunda sudah meminta dengan wajah yang begitu berbeda.

"Ada apa sih, Tha?" tanyanya lagi. Agatha lalu menarik napasnya dengan panjang, lalu menatap ke arah Mira yang sudah ada di depannya.

"Gue mau dijodohkan Mir!!"

Gadis bernama Mira itu, tersedak saat mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Agatha, gadis itu tidak percaya dengan apa yang baru saja dirinya dengar dari mulut Agatha.

"Dijodohkan??? Lo bercanda ya, Tha? Gila ini nggak lucu, Tha."

Namun, saat Mira melihat ekspresi wajah dari Agatha membuat gadis itu yakin bahwa apa yang diucapkan oleh Agatha adalah benar.

"Kenapa bisa gitu? Bukannya Lo adalah orang yang paling anti dengan namanya perjodohan Tha? Kenapa bisa seperti ini, Lo nggak lagi hamil, kan?"

Sebuah pukulan ringan didapatkan oleh Mira, Agatha tidak habis pikir dengan ucapan yang baru saja dilontarkan oleh sahabatnya itu. Bagaimana bisa Mira berpikiran seperti itu, mengenai dirinya.

"Mulutnya!!" tegur Agatha.

Mira segera menutup mulutnya, wanita itu tidak lagi melanjutkan ucapannya. Dirinya menunggu balasan yang akan dilakukan oleh Agatha.

"Gue juga nggak mau Mir. Cuman Lo tahu gimana bunda, kan. Apalagi sekarang ayah juga sama. Mereka berdua tanya mengenai kapan gue nikah, mereka juga bawa-bawa umur Mir. Hal itu bikin gue takut. Lo tahu, gimana hancurnya gue saat Elang harus pergi untuk selamanya Mir."

Mira lalu segera memeluk Agatha, gadis itu sangat mengerti dengan kondisi sahabatnya saat ini, apalagi kepergian Elang membuat Agatha yang ceria berubah menjadi Agatha yang diam.

"Gue masih belum sanggup untuk membuka kembali Mir. Gue takut, takut hal yang sebelumnya terjadi lagi. Gue nggak mau," ucap Agatha.

Kepergian Elang membuat sosok hangat dan ceria pada Agatha hilang seketika. Wanita itu berubah menjadi wanita dingin, dan tidak tersentuh. Agatha selalu membentengi dirinya dengan hal-hal yang bisa membuatnya menghindari dari apapun itu.

Salah satunya adalah menikah namun, pembicaraannya dengan kedua orang tuanya membuat Agatha kembali teringat akan hal yang membuat hatinya terluka.

###