"Aku telah menjadi suami matrilineal di Jayakarta selama bertahun-tahun sesuai keinginan wanita itu. Sekarang, semua orang tahu bahwa aku adalah orang yang tidak berguna dan tidak akan menyebabkan ancaman bagi siapa pun. Apa lagi yang dia inginkan?"
"Apakah dia masih tidak bisa melepaskanku dan mengutusmu untuk membunuhku?"
Di jalanan Kota Jayakarta, William Santoso mengenakan pakaian murahan dan tangannya memegang kantong sampah dengan ekspresi acuh tak acuh.
Sedangkan orang yang berdiri di depannya adalah seorang lelaki tua yang berpakaian mahal dan tampak sedikit keringatan pada saat ini.
"Tuan Muda, kamu telah salah paham. Aku ke sini untuk menjemputmu pulang. Lagipula, orang itu adalah ibumu. Tidak baik kamu memanggilnya seperti itu."
William mencibir, "Ibu? Menurutku, dia hanyalah wanita licik yang serakah."
"Dulu, saat ayahku hilang, dia mengambil kesempatan ini untuk merebut kekuasaan Keluarga Santoso, karena khawatir aku akan memengaruhi posisinya, dia bahkan mengarang bahwa aku ingin membunuh ibu untuk merebut kekuasaan dan mengusirku keluar dari Keluarga Santoso karena hal ini. Orang seperti ini apakah layak menjadi ibuku? Aku bahkan curiga bahwa dia bukanlah ibu kandungku."
Lelaki tua itu menghela napas, lalu berkata, "Ibumu juga hanya keliru sesaat pada saat itu. Apalgi kamu adalah keturunan satu-satunya Keluarga Santoso. Saat dia mengambil alih Keluarga Santoso dan memiliki hasrat terhadap kekuasaan, jadi dia pasti akan keberatan keberadaanmu."
"Sekarang dia telah menyadari kesalahannya dan sangat menyesalinya. Lagipula sekarang dia telah sakit parah. Tubuhnya semakin lemah setiap harinya. Kamu adalah satu-satunya keturunan Keluarga Santoso, dia juga sedang menunggumu kembali untuk mengambil alih. Keluarga Santoso sebagai keluarga paling kaya di Indonesia tidak boleh tidak memiliki pemimpin."
Satu-satunya keturunan Keluarga Santoso? Mengungkit masalah status ini, William tidak memiliki perasaan apa pun, dia bahkan merasa ingin tertawa.
"Setelah menikah dan masuk ke Keluarga Kusuma, aku selalu dihina dan dicaci maki setiap hari. Saat aku dipermalukan, apakah dia pernah menunjukkan kepeduliannya?"
"Sebelumnya, dialah yang memaksaku untuk menjadi suami matrilineal di Keluarga Kusuma yang dihina. Sekarang, dia ingin aku kembali untuk mengambil alih Keluarga Santoso karena Keluarga Santoso tidak ada keturunan lagi? Apakah dia menganggap aku sebagai anjing yang bisa dipanggil dan dibuang kapan saja?!"
"Sejak aku dipaksa untuk pergi, aku bukan orang Keluarga Santoso lagi dan masalah Keluarga Santoso tidak ada hubungannya lagi denganku."
"Sekarang aku hanya orang yang tidak berguna dan tidak pantas dengan Keluarga Santoso. Kamu kembali untuk menyuruhnya menghilangkan pemikiran ini saja."
Setelah membuang sampah, William Santoso membalikkan tubuh, pergi dan meninggalkan lelaki tua yang mengenakan pakaian batik dengan ekspresi tidak berdaya itu.
Meskipun status Keluarga Santoso cukup menggelegar dunia, William tidak ada pemikiran apa pun terhadap hal ini.
Pada saat dia usir dari Keluarga Santoso, dia tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Keluarga Santoso.
Sekarang, dia adalah suami matrilineal dari Keluarga Kusuma di Kota Jayakarta yang dihina dan orang tidak berguna yang terkenal di Kota Jayakarta.
Tidak ada orang yang tahu bahwa dia adalah Tuan Muda Keluarga Santoso yang berkuasa di Ibu Kota.
Namun, William sudah tidak peduli dengan semua ini. Setelah tinggal bertahun-tahun di Kota Jayakarta, dia telah terbiasa dicaci maki oleh orang.
Dia telah belajar untuk bersikap sabar dan berpikir panjang sebelum bertindak.
Saat pulang ke rumah dan baru saja membuka pintu sudah ada sebuah gelas yang terbang ke kepalanya.
Jika bukan karena refleksnya cepat dan menghindarnya tepat waktu, kepala William mungkin sudah berlubang besar.
"William, kalau dikatakan kamu orang yang tidak berguna itu sudah menghargaimu. Ku suruh kamu buang sampah saja begitu lama. Apakah kamu adalah belatung di kehidupan sebelumnya?"
Suara wanita yang tajam tiba-tiba berbunyi. Kemudian William melihat wanita yang meletakkan kedua tangan di pinggangnya dan marah dengan getir. Wanita ini adalah ibu mertua William, Agustina Sanjaya
"Sudahlah, jangan basa basi dengannya lagi. Cepat beres-beres, orang-orang mungkin telah hadir semua di tempat ayahku. Jika terlambat, kita akan diomeli oleh kakak-kakakku lagi."
Seorang lelaki separuh baya berjalan kemari, lalu memelototi William dengan kesal.
Orang ini adalah ayah mertua William, Jerry Kusuma, orang yang paling tidak memiliki kekuasaan dalam Keluarga Kusuma.
"Hmph, kamu masih punya wajah untuk mengatakannya. Teringat dengan tatapan keluargamu saat melihat kita, aku merasa kesal."
Agustina tidak menghiraukan William lagi. Dia membalikkan tubuh untuk pergi beres-beres.
William membungkukkan tubuh untuk mengambil gelas yang jatuh ke lantai tanpa mengatakan apa pun dan meletakkannya ke atas meja.
Saat membalikkan tubuh, ada sosok cantik yang muncul di depan matanya dengan ekspresi acuh tak acuh. `
Orang ini adalah istrinya Wiliam, Giovanie Kusuma.
Postur tubuh Giovanie sangat ramping tapi montok. Kedua kaki panjangnya kurus namun berisi. Postur tubuhnya yang berbentuk 'S' menarik perhatian para lelaki.
Ditambah paras wajahnya yang cantik, serta matanya yang berkilau, benar-benar tidak berlebihan jika menggunakan kata menawan untuk mendeskripsikannya.
Justru karena penampilan Giovanie yang terlalu menakjubkan, sehingga menimbulkan kehebohan besar pada saat ia menikah dengan Giovanie.
Semua orang merasa bahwa wanita cantik seperti ini menikah dengan orang tidak berguna seperti William, terlalu rugi.
Saat melihat Giovanie, William tersenyum. Dia sangat puas dengan istrinya yang cantik ini.
Meskipun Giovanie bersikap cuek dan kecewa terhadapnya.
Giovanie memperingatkan Wiliam, "Nanti kamu jangan pergi ke perjamuan Keluarga Kusuma saja karena para kerabatku akan hadir, pada saat itu mereka pasti akan mempermalukanmu lagi. Kalau memang sudah takdirnya akan dipermalukan, maka jangan pergi saja, agar tidak mempermalukanku."
"Orang lain semuanya hadir, sedangkan keluarga kita tidak hadir, ini sepertinya tidak terlalu baik."
Kata William dengan tidak peduli dan acuh tak acuh.
"Terserah kamu, nanti kamu ikut di belakangku saja, jangan banyak bicara. Kamu abaikan semua gosipan orang lain."
Saat melihat tampang William yang acuh tak acuh, Giovanie merasa sedih.
Wanita mana yang tidak ingin suaminya memiliki karier yang hebat dan sukses?
Namun, dia tidak pernah berharap William bisa menjadi orang hebat yang memiliki keterampilan dan sukses, William bahkan tidak bisa memberinya rasa aman yang paling mendasar, dia selalu bersikap acuh tak acuh. Benar-benar membuat orang merasa kesal dan tidak berdaya.
Tidak masalah kalau William tidak memiliki kekuasaan, latar belakang, tetapi setidaknya harus memiliki sedikit kemampuan!
Namun, selama bertahun-tahun ini, William selain mencuci baju, masak, membersihkan rumah dan melakukan pekerjaan rumah dengan baik, Giovanie tidak pernah melihat William melakukan sesuatu yang layak.
Giovanie tiba-tiba merasa simpati terhadap William dan dia merasa nasibnya sangat menyedihkan pada waktu bersamaan. Pada masa terbaik seorang wanita, apakah dia benar-benar menikah dengan orang tidak berguna seperti ini.
William tidak merasa tidak senang terhadap sikap Giovanie, karena dia juga tahu bahwa pernikahan mereka yang hanya hitam di atas putih selama bertahun-tahun ini, tidaklah adil bagi Giovanie karena tidak ada wanita yang bersedia menikahi lelaki asing tanpa perasaan apa pun.
Apalagi dia adalah orang tidak berguna yang terkenal, jadi dia sangat memahami perasaan Giovanie.
Setelah berkemas, Jerry dan keluarganya mengendarai mobil ke Villa Kusuma.
"William, setelah tiba di Villa Kusuma, kamu harus cerdik sedikit. Kamu tahu jelas bagaimana pandangan Keluarga Kusuma terhadapmu. Kalau kamu mempermalukan kami lagi kali ini, aku tidak akan mengampunimu."
Agustina bergumam dan hatinya merasa sangat kesal.
Sebab dia juga tahu bahwa membawa William pergi ke perjamuan keluarga pasti akan dipermalukan.
Saat tiba di Villa Kusuma, mereka berempat berjalan masuk ke Kediaman Kusuma, William jalan di paling belakang.
Pada saat ini, ada banyak kerabat Keluarga Kusuma yang berkumpul di ruang tamu. Suasananya sangat ramai.
Keluarga Kusuma adalah keluarga kelas menengah di Kota Jayakarta dan juga menjalankan bisnis keluarga yang tidak kecil. Bagi orang lain, itu juga termasuk keluarga yang besar.
Sejak kematian Nyonya Besar Keluarga Kusuma, Tuan Besar Keluarga Kusuma, Antonius Kusuma, yang berhati lunak, mengambil alih kekuasaan. Semua masalah dalam Keluarga Kusuma diputuskan olehnya. Keluarga Kusuma bisa berkembang seperti ini selain usaha Nyonya Besar Kusuma, Tuan Besar Antonius juga memiliki jasa yang besar. Sementara masalah keuangan sekarang juga berada dalam tangan Tuan Besar Antonius.
Dapat dikatakan bahwa siapa yang bisa memenangkan hati Antonius, maka dialah yang bisa mendapatkan kekuasaan yang lebih banyak. `
Ada banyak barang antik yang diletakkan di rak ruang tamu. Antonius sedang memperkenalkan barang koleksinya dengan bangga.
Hobi Antonius adalah mengoleksi barang antik dan memperlakukan barang antik ini seperti nyawanya sendiri. `
Para kerabat mengelilingi Antonius dengan sikap yang sangat hormat. `
Demi menyenangkan hati Antonius, orang-orang selalu menyanjungnya.
Meskipun Agustina dan Jerry juga demikian. Mereka memuji Antonius hingga membuat Antonius tersenyum gembira. `
William melirik ke rak sekilas dan tiba-tiba merasa paham. Sebenarnya, kualitas barang koleksinya biasa saja. Di antaranya ada dua barang imitasi dan sangat beda jauh dari barang aslinya.
Saat berada di Keluarga Santoso di Ibu Kota, dia sudah melihat banyak benda pusaka dan juga kenal dengan seorang ahli. Dia telah mengetahui semua hal dalam bidang menafsir barang antik dan keterampilannya jauh lebih tinggi dari orang-orang yang hadir di sini.
Antonius sedang gembira, tetapi saat melihat ekspresi William yang acuh tak acuh, ekspresinya langsung menjadi masam.
Orang-orang yang hadir di sini telah memujinya kecuali William. William seperti meremehkan barang koleksinya.
"William, kamu telah berdiri seharian di sana, kenapa kamu tidak mengucapkan sepatah kata pun? Apakah kamu meremehkan barang koleksiku ini?" tanya Antonius sambil memandang William.
William tertegun. Dia tidak menyangka dirinya akan disalahkan juga saat dirinya diam saja.
William segera menggelengkan kepala, lalu berkata, "Bukan."
Semua orang melihat William dan wajah mereka juga menunjukkan ekspresi sindiran, lalu menegur.
"Tuan Besar, William adalah orang tidak berguna yang terkenal. Meskipun memiliki mata dia juga tidak bisa melihatnya. Dia mana mungkin bisa memahami barang koleksian. Anda jangan mempermasalahkannya dengannya."
"Iya, aneh kalau seorang pembantu rumahan bisa memahami hal ini."
"Hehe .... Benar-benar tidak tahu dia pura-pura bodoh atau sungguhan. Meskipun tidak mengerti, dia setidaknya juga harus mengatakan sesuatu. Berdiri di sana seperti mengerti saja."
....
Semua kerabat Keluarga Kusuma menyindir William.
Aneh kalau seorang suami matrilineal yang hanya bisa bergantungan pada orang bisa memahami barang-barang berharga ini.
Ekspresi Agustina dan Jerry juga menjadi jelek dan menatap Wiliam dengan getir. Agustina bergumam, "Aku sudah bilang angan membawanya datang, dia hanya bisa membuat malu saja."
Ekspresi Giovanie juga kaku. Dia menggigit bibirnya. Tidak menyangka mereka baru saja datang sudah dipermalukan karena William.
Biar bagaimanapun juga William adalah suaminya. William dipermalukan sama saja dirinya juga dipermalukan.
"Haha .... Orang tidak berguna seperti William tentu saja tidak mengerti apa-apa. Dia bagaimana bisa dibandingkan dengan bakat seni Kakek? Kakek, kamu tidak perlu menghiraukan orang semacam dia."
Pada saat ini, terdengar suara terbahak-bahak. Orang-orang menoleh, lalu melihat seorang pemuda berusia dua puluh tujuhan tahun berjalan kemari.
Orang ini adalah cucu pertama Antonius, anak dari paman besar Giovanie, Kelvin Kusuma, karena dia adalah cucu pertama Keluarga Kusuma dan pandai berkata manis, jadi Antonius sangat menyukainya.
Sebagian besar orang telah yakin bahwa usaha Keluarga Kusuma akan diserahkan pada Kelvin.
Kelvin merasa dirinya adalah putra kebanggaan sejak lahir, jadi dia selalu meremehkan keluarga Jerry. Setiap kali pertemuan dia pasti akan merendahkan William. William bisa terkenal sebagai menantu tidak berguna oleh orang-orang di Kota Jayakarta, ini semua karena Kelvin. Dia terkadang menjelekkan William di luar.
"Apa yang dikatakan Kelvin itu benar, bakat Tuan Besar bagaimana bisa dibandingkan dengan William yang tidak memiliki keterampilan apa pun? Tuan Besar abaikan saja dia."
"Cinta seni Tuan Besar paling tinggi dalam Keluarga Kusuma. Sedangkan William, bahkan pembantu di rumah lebih hebat darinya. Jadi sangatlah wajar kalau William tidak bisa memahami koleksi Tuan Besar."
"Haha .... Sepertinya orang yang paling memahami Tuan Besar adalah Kelvin. Mereka sama-sama pada generasi yang sama, tetapi perbedaan antara orang, kenapa begitu jauh?"
"Lupakanlah, William bahkan tidak pantas untuk menjadi budaknya Kelvin."
....
Semua orang menyanjung Kelvin karena dia adalah pewaris Keluarga Kusuma di masa depan, jadi mereka harus bergaul baik dengannya.
Kelvin berjalan ke depan Antonius, lalu melirik William dengan sudut matanya. Tatapannya penuh dengan hinaan.
Sebab dia adalah pewaris Keluarga Kusuma di masa depan, jadi dia membutuhkan sedikit cahaya. Seperti bunga merah membutuhkan daun hijau.
Orang yang tidak memiliki masa depan seperti William sudah ditakdirkan menjadi daun hijau dengan kata lain dia hanya bisa menjadi pijakan untuk orang lain.
Melihat Kelvin datang, ekspresi Antonius menjadi lebih senang.
"Kakek, aku tidak seperti seseorang yang suka berpura-pura mengerti. Hari ini, aku membawakan hadiah khusus untukmu."
Sambil mengatakannya Kelvin membalikkan tubuh mengambil sebuah gulungan lukisan di tangan seseorang, lalu menunjukkannya dengan perlahan.
Saat melihatnya, mata Antonius tiba-tiba berbinar-binar dan berseru terkejut, "Ini ... bukankah Lukisan Phoenix dari Charles Davinci?"
"Kakek, daya penglihatanmu masih tetap seperti dulu. Benar, ini adalah lukisan asli dari Charles Davinci. Aku mendapatkannya dengan susah payah," ujar Kelvin dengan bangga. Orang-orang di sekitar juga iri.
Antonius mengambil lukisan itu, lalu melihatnya dengan serius. Sebenarnya, Antonius hanya mengerti sedikit mengenai barang antik. Dia suka koleksi barang antik karena ingin orang lain memujinya.
Biasanya dia tidak bisa membedakan asli atau palsu, jika Kelvin bilang asli maka lukisan ini mungkin asli.
Kelvin memandang William, lalu berkata dengan bangga, "William, apakah sudah lihat barang antik yang aku berikan pada Kakek? Ini adalah lukisan asli dari Charles Davinci senilai Rp 3.366.776.000. Kamu tidak pernah melihatnya, 'kan?"
"Hehe .... Benar-benar bagus! Aku memang tidak pernah melihatnya."
Ekspresi William acuh tak acuh, tetapi dalam hatinya sangat ingin tertawa. Dia memang tidak pernah melihat barang imitasi semahal ini.
Saat Kelvin mengeluarkan lukisan itu, dia suda tahu bahwa lukisan ini adalah barang imitasi dan tidak ada nilai koleksinya sama sekali.
Hanya saja, sebelum datang, Giovanie telah mengingatkan William untuk jangan banyak bicara, jadi William tidak membuka kedoknya.
Namun, Kelvin jelas tidak berniat untuk berhenti begitu saja dan juga menunjukkan keunggulannya di depan orang-orang, lalu berseru keras:
"William, kamu lihat lebih lama lagi saja. Orang rendahan seperti kamu pasti tidak akan memiliki kesempatan untuk melihat lukisan ini lagi. Kamu harus mencuci matamu untuk mengubah ketidaktahuan dan kebodohanmu itu."
Setelah mengatakannya, ruang tamu Villa Kusuma penuh dengan suara tawa. Semua orang menertawakan William.
Giovanie di samping telah emosi sejak lama. Meskipun pernikahannya dengan William hanya sebuah status saja, bagaimanapun juga William adalah suaminya. Para kerabatnya mempermalukan William seperti ini sama saja sedang mempermalukan keluarganya.
Jika dia melakukan sesuatu, semua orang pasti akan terus mempermalukan mereka secara alami di kemudian hari nanti.
"Kelvin, kamu jangan keterlaluan. Kamu memberi lukisan tidak perlu selalu mencari alasan untuk membanding-bandingkannya, 'kan?"
William tertegun dan tiba-tiba melihat Giovanie, hatinya merasa kacau dalam seketika.
Selama bertahun-tahun ini, Giovanie tidak pernah membelanya, ini pertama kalinya.
"Hehe .... Giovanie, aku hanya mengatakan yang sebenarnya saja. Dia orang tidak mengetahui apa pun masih sok tahu. Aku bisa memberi Kakek lukisan asli Charles Davinci, apakah dia bisa? Aku hanya mengatakannya beberapa kata saja, kenapa? Apakah tidak boleh?"
"Lagipula, dia memang orang tidak berguna yang miskin, apakah aku perlu membandingkannya dengannya? Bagaimana dengan keluarga kalian ini? Seorang menantu tidak berguna tidak pengertian, apakah kalian juga tidak mengerti? Kalian bahkan tidak menyiapkan satu hadiah pun dalam perjamuan keluarga. Apakah kalian tidak menganggap Kakek?"
Kelvin mencibir. Ucapannya juga tidak menghargai sama sekali dan langsung memperbesar-besarkan masalah.
Giovanie menggigit bibirnya. Saking kesalnya wajah cantiknya memerah dan sangat sedih.
Selama bertahun-tahun ini posisi keluarga mereka selalu disiksa. Ekonomi keluarga mereka juga paling rendah dalam Keluarga Kusuma, meskipun mereka memiliki niat untuk memberi hadiah juga tidak bisa memberi hadiah yang mahal.
Sebaliknya, keluarganya Kelvin yang paling disayangi oleh Antonius sehingga kehidupan mereka sangat makmur dan memberi hadiah dua miliar tanpa mengedipkan mata.
"Kenapa? Kamu tidak bisa menjawabnya, 'kan? Kalian bahkan tidak tahu menghormati Kakek, kenapa masih berani datang menghadiri perjamuan keluarga? Hehe .... Lain kali lebih memperhatikannya lagi karena harus mengutamakan kebaktian terhadap orang tua, jadi kalian lebih baik jangan berkeliaran di luar kalau tidak mengerti hal ini, agar tidak malu di depan umum. Benarkan tamu sekalian?"
Melihat keluarga Giovanie mengalah, Kelvin merasa sangat bangga dan gembira. Saat berbicara Kelvin memiliki sikap seperti calon majikan yang mendidik pembantunya.
Orang-orang di dalam villa setuju dengan omongan Kelvin dan semuanya mencaci maki keluarganya Giovanie.
Seketika, keluarga Giovanie dicaci maki oleh semua orang.
Giovanie yang menjadi sasaran mereka semakin kesal, tetapi dia tidak bisa membantahnya, dia hanya menggigit bibirnya untuk menanggung semuanya.
Pada saat ini, William tiba-tiba berdiri di depan Giovanie.
Saat melihat punggung William yang gigih, Giovanie sedikit bengong. Hatinya juga muncul perasaan yang aneh.
Apakah ini adalah ... rasa aman?
Namun, apakah ini mungkin? Orang tidak berguna yang terkenal di seluruh Kota Jayakarta bagaimana mungkin bisa membuat dirinya muncul perasaan seperti ini?
Ekspresi William menjadi serius, lalu menunjuk lukisan di tangan Kelvin.
Ucapan yang dia katakan berikutnya bagaikan guntur di musim panas yang menggelegar di dalam villa,
"Lukisan Hendra Davinci selalu terkenal dengan goresan halusnya dan tata letaknya yang bagus, sedangkan goresan lukisan ini sangat kasar, tata letaknya juga sangat sempit, tidak ada keterampilan Hendra Davinci sama sekali."
"Hendra Davinci selalu tanda tangan menggunakan nama aslinya, sedangkan lukisan ini menggunakan nama julukannya, Charles Davinci. Ini jelas-jelas adalah barang imitasi yang dibuat orang zaman sekarang yang tidak mengerti gaya lukisan Hendra Davinci."
"Tapi barang imitasi yang begitu buruk ini kamu malah menganggapnya sebagai barang pusaka dan memberikannya pada Kakek di depan umum."
"Kelvin, apakah ini adalah kebaktian yang kamu maksud? Siapa yang tidak menganggap Kakek sebenarnya?"
Nada William sangat lugas membuat semua orang terdiam dan seluruh ruang tamu menjadi hening.