JoyNovel

Leer para descubrir un mundo nuevo

Abrir APP
Ku Ukir Namamu Di Tulangku

Ku Ukir Namamu Di Tulangku

Autor:

Terminado

Introducción
Sepuluh tahun tergila-gila, dengan imbalan patah tulang! Fang Xiaoran akhirnya menyerah dan benar-benar menghilang dari dunia Shen Zichuan. "Shen Zichuan, kamu ingin membunuhku di mana saja untuk wanita yang sangat kamu cintai ... Suatu hari, kamu akan menyesalinya!" Tapi Fang Xiaoran tidak tahu, sebenarnya, Shen Zichuan sudah lama menyesalinya. Untuk memulihkan hati Fang Xiaoran, dia rela memberikan segalanya untuknya, bahkan dengan risiko jatuh ke neraka yang gelap, tidak pernah menyesalinya!
Abrir▼
Capítulo

Malam itu gelap bagaikan masuk ke dalam jurang yang dalam.

Ketika Maisarah Fahrun dalam keadaan linglung, dia merasa tubuhnya dibalik dengan kasar oleh sepasang tangan pria yang kuat. Kemudian, tubuh pria yang ramping dan kuat itu naik ke atasnya, kedua jarinya mencubit dagunya dengan erat!

"Eh ..."

Maisarah terbangun dari tidurnya karena hawa yang begitu dingin, kemudian dengan refleks mendorong pria yang menekannya. Dengan cepat, aroma anggur yang kuat dan aroma yang familiar membuatnya tidak bersemangat.

Ternyata, Syarifudin Samad yang pulang.

Setiap kali mabuk dan membutuhkan Maisarah, barulah pria itu mencarinya ke kamar tamu.

"Syarifudin, aku ini istri sahmu, bukan seperti wanita sembarangan yang mengharuskan kamu menghamburkan uangmu!"

Tubuh Maisarah gemetar karena marah, "Selalu saja menggangguku ketika aku sedang tidur, apa maksudmu? Bisakah kamu sedikit saja menghargai pendapatku?"

Maisarah terperangkap di ranjang besar itu dengan Syarifudin, berusaha dengan keras membalikkan tubuhnya. Maisarah pun berusaha menolak karena tidak bersedia dicium olehnya.

Dengan bau alkohol yang kuat di tubuhnya, entah wanita mana yang diciumnya sebelum pulang lalu mencium dirinya?

Mereka sudah menikah selama empat tahun, selama empat tahun pula Maisarah mengalami kekerasan emosional dari Syarifudin. Maisarah pikir dia telah ditempa hingga kebal, namun kelakuan Syarifudin yang sedang mabuk malam ini malah memukul tepat di baju besinya yang paling lunak. Rasa sakit itu membuatnya hampir kehabisan nafas.

"Suami tidak pulang semalaman, kamu bukannya menelpon untuk menunjukkan kepedulianmu, kamu malah tidur sendiri. Hei, Maisarah, kamu masih tahu kamu adalah istriku?"

Karena wanita yang biasanya tunduk ini tiba-tiba berani melawan, amarah Syarifudin meledak tanpa alasan. Jarinya yang mencubit dagu Maisarah semakin mengencang.

Sangat kuat, seolah-olah ingin membunuhnya.

"Ah ... sakit..."

Sakit!

Sakit sekali!

Maisarah tidak bisa menahan rasa sakit itu hingga tubuhnya bergetar, lalu membuka matanya dan melihat pria di sebelahnya yang menatapnya dengan dingin. Dengan tak berdaya mengerucutkan bibirnya, namun tidak mengeluarkan suara.

Beberapa saat kemudian, Syarifudin meninggalkan kamar tamu, hingga akhirnya kebisingan tadi pun menjadi senyap.

Maisarah merasa tubuhnya luluh lantak. Begitu dia menopang tubuhnya untuk menuju ke kamar mandi dan bersih-bersih, dia melihat Syarifudin masuk dengan membawa sekotak obat, kemudian melempar kotak obat itu ke arahnya. Setelah itu, dia mengucapkan kalimat yang kejam dengan santai, "Segera telan semua obat-obatan ini!" 

Setiap kali melakukannya, Maisarah harus dengan begitu terhina menelan empat pil di hadapan Syarifudin setelahnya.

Jika tidak dimakan, Syarifudin akan membuat Maisarah menelannya dengan paksa.

Pil ini adalah pencegah kehamilan.

Di lubuk hati Syarifudin yang terdalam, Maisarah hanyalah perempuan licik yang akan melakukan apa pun untuk menikahinya, sehingga tidaklah pantas melahirkan anak baginya.

Menghadapi Syarifudin yang begitu agresif, Maisarah tak memiliki kekuatan untuk membantah. Empat pil dikeluarkannya dengan patuh dan dimasukkan ke dalam mulutnya, dia lalu menelannya ke dalam perutnya bersamaan dengan rasa pahit di tenggorokannya.

Satu setengah bulan kemudian.

"Selamat, Nyonya Maisarah, Anda hamil. Anak ini berusia sekitar 40 hari, detak jantung janin normal, dan perkembangannya sangat baik. "

Di telinganya, terdengar suara sanjungan dari sang dokter.

Maisarah menggigit bibirnya. Melihat dokter menyerahkan laporan tes itu ke tangannya, hatinya dipenuhi sukacita dan rasa sakit seseorang yang akan menjadi ibu.

Akankah suaminya Syarifudin menyukai anak yang tidak direncanakan ini?

Akankah kadar kebencian Syarifudin padanya berkurang karena keberadaan anak ini?

...

Maisarah meremas laporan tes kehamilan itu dengan kuat, kemudian keluar dari ruang operasi dengan ekspresi tenang.

Di koridor, seorang pria dengan alis tampan dan ekspresi acuh tak acuh berjalan ke arahnya. Di bagian terdalam dari matanya itu dipenuhi dengan kegusaran.

Melihat kemunculan tiba-tiba Syarifudin, Maisarah terkejut selama beberapa saat. Kemudian, hatinya seolah dicampur aduk dan merasa takut. Mulutnya memaksakan sebuah senyuman, "Syarifudin, kamu ... kenapa kamu juga ke rumah sakit?"