Rinto, seorang pemuda miskin tapi punya kepribadian yang bagus, ia bekerja di sebuah restoran besar di kota sebagai pelayan, bekerja dengan cekatan, sopan dan ramah terhadap siapa saja, Rinto bekerja disini hampir tiga tahun untuk menunjang biaya hidupnya di kota metropolitan. Sikapnya itu menarik hati seorang gadis cantik. Gadis itu pun satu kampus dengannya tapi beda jurusan, Rinto juga sudah lama menaruh hati pada gadis itu Karna sifatnya yang tak sombong walau dia anak dari orang kaya raya. Namun orang tua dari gadis itu tak menyukai Rinto Karna kemiskinannya, ia mengira Rinto berteman dengan anaknya hanya untuk memanfaatkan kekayaan gadis tersebut yang bernama Dita Wilson putri dari Antony Wilson.
Saat sedang asik bekerja Nindi datang ke restoran. Nindi adalah anak dari pemilik restoran tersebut. Ia juga mengagumi sifat Rinto yang ramah tamah tersebut.
“Hai Rinto,” sapa Nindi.
“Hai juga nona, apa ada yang bisa saya bantu?,”
“Ah, tidak hanya menyapa saja, ya sudah lanjutkan pekerjaanmu,”
“Baik nona, mari!,” Sahut Rinto sambil membungkukkan badannya.
Rinto pun kembali membersihkan meja yang sudah di tinggalkan oleh pelanggan, sedangkan Nindi segera masuk keruangan papanya.
“Siang pa,”
“siang, ngak ke rumah sakit?,”
“Bentar lagi pa, aku masuk jam tiga,”
“oh,”
Nindi seorang dokter bedah di sebuah rumah sakit ternama ia sangat terkenal di rumah sakit tempat ia bekerja, dokter bedah yang hebat serta Handal di bidangnya. Sedangkan Rinto masih berstatus mahasiswa di sebuah kampus ternama dengan jalur prestasi. Ia hanya menunggu wisuda saja Karna baru menyelesaikan tugas akhirnya.
Hari hari berlalu, Rinto yang baru di wisuda dua hari yang lalu kini sudah mulai membuka gerai minuman di sebuah taman kota yang banyak di datangi para muda mudi dan juga para keluarga yang hanya ingin sekedar bersantai di sana, bermacam aneka minuman kekinian yang banyak disukai oleh para penikmat kuliner.
“Minumannya satu cap mas,” pesan seorang pelanggan.
Membuat Rinto mendongak dan melihat siapa yang memesan minuman tersebut.
“Dita,” sapanya.
“Membuat perempuan tersebut menatap ke arah orang yang menyebut namanya.
“Rinto,” sahutnya tak kalah kagetnya.
“Lo jualan?,”
“Iya, gue mau punya usaha sendiri jadi gue mulai dari sini dulu, ih ya Lo kesini sama siapa?,”
“Sendiri aja,”
“Oh, ngak kerja?,”
“Belum, gue malas terjun ke perusahaan,”
“Jangan bunuh diri terlalu cepat,” seloroh Rinto.
“ais, kau ini,”
Lalu mereka tertawa bersama.
“Ini minumannya silah kan dinikmati cantik,"
“ya, thanks,”
“Lo ngak buru buru kan?,”
“Ngak, Napa?,”
“Temani gue disini,”
“Oke bos,” jawab Dita sambil tersenyum.
Hari semakin petang pengunjung pun mulai ramai membuat Rinto sedikit kewalahan, Karna banyak pelanggan yang mampir di gerainya, untung Dita bersedia membantunya membuat ia tak terlalu kerepotan.
“uhhhh, akhirnya kita bisa istirahat juga,” ucap Dita.
“Maaf ya, pasti kamu capek an?,”
“capek sih, tapi ngak apa, asik kok,”
“Baik lah, sebagai permintaan maaf gue traktir Lo makan ayam geprek, mau ngak?,”
“Wah serius nih?,”
“Serius,”
“Yuk,”
Dua muda mudi itu segera menuju tempat penjual ayam geprek tersebut yang tak jauh dari tempat Rinto berjualan.
Setelah memesan apa yang di ingin kan kini mereka hanya menunggu pesanan datang. Rinto dan Dita sudah berpacaran selama hampir dua tahun, Rinto belum berani menampakkan diri di depan orang tua Dita Karna semenjak ucapan mama Dita membuat Rinto semakin giat berusaha menuju kesuksesan.
“kapan nih, main ke rumah Rin?,”
“Belum berani aku main ke rumah Dit tunggulah aku sukses baru aku akan melamar mu,” jawab Rinto dengan wajah sendunya.
“Uhhh, ya deh aku tunggu,” jawab Dita seraya memegang tangan Rinto.
Rinto meraih tangan Dita lalu menggenggamnya dengan erat perlahan ia menciumnya untuk memberi tau kalau ia baik-baik saja.
“Maaf kan sikap mama ku ya,”
“Ngak ada yang perlu di maafkan, wajar jika ia mencari calon suami yang terbaik buat putrinya,”
“tapi ak.....,”
“udah ngak usah di bahas,”
“Mbak, mas, ini pesanannya,” ucap seorang pelayan.
“Ya, makasih mbak,” jawab Dita,”
Tampa menunggu lama keduanya makan dengan lahap, Rinto yang melihat ada sedikit cabai di sudut bibir Dita ia pun segera mengelapnya dengan menggunakan tisu yang ada di depan mereka.
“Makannya pelan-pelan saja,”
“hm..iya,” jawab Dita dengan rona merah di wajahnya.
Tak lama kemudian mereka sudah selesai menyantap makanan tersebut, usai membayar nya Rinto segera mengajak Dita pergi kegerainya lagi. Rinto melihat jam di pergelangan tangannya ternyata sudah hampir jam sepuluh malam.
“Dit, kita pulang yuk, udah malam nih,”
“Hm...kamu pulang pakai apa?,”
“Aku bawa motor,”
“Ya udah, tiati ya,”
“Ya, kamu juga,”
Rinto mengantar Dita menuju mobilnya, Sebelum Dita masuk ke mobil Rinto tak lupa mengecup singkat kening Dita dan juga bibir mungilnya.
“Dikecup doang,” ujarnya dengan wajah cemberutnya.
“Udah jangan mikir yang aneh aneh,” jawab Rinto sambil tersenyum Karna ia tau apa yang ada dalam pikiran kekasih hatinya.
“Hm...”jawab Dita tapi sebelum masuk ia juga mengecup singkat bibir Rinto, setelah itu baru ia masuk ke mobil, Rinto hanya tersenyum melihat tingkah lucu Dita.
Mobil Dita yang sudah hilang dari pandangannya ia pun segera menuju sepeda motornya dan melajukan ke kosnya untuk mengistirahatkan tubuhnya Karna esok masih ada hari yang ingin ia kejar untuk meraih kesuksesannya.
Dita sudah tiba dirumahnya langsung di sambut oleh mamanya dengan wajah garangnya.
“Dita, dari mana kamu?,”
“Dari luar ma, cari angin,” jawabnya santai.
“Cari angin apa menemui pemuda miskin itu, sudah berapa kali mama bilang dia itu tak pantas untuk mu,”
“Ma, bisa sih ngak memandang status untuk menilai seseorang, walau dia miskin tapi hatinya ngak miskin,”
“Dita, kamu...,”
“Udahlah ma Dita capek jika harus berdebat masalah yang sama,” ujarnya lalu segera lari ke kamar.
“dasar anak keras kepala,”
Tiba di kamar Dita menghempaskan tubuhnya di kasur seketika dadanya sesak mengingat ucapan mamanya yang selalu menghina Rinto. Tak lama ponsel miliknya berdering Tampa menunggu lama ia segera menekan tombol hijau di layar ponsel miliknya.
“Sudah sampai rumah kah?,”
“sudah nih baru masuk kamar,”
“ya udah, met istirahat semoga mimpi indah,”
“Ya, kamu juga,”
Setelah Sabungan telpon berakhir Dita segera mengganti bajunya dengan baju tidur, lalu mengistirahatkan tubuhnya di kasur. Begitu juga dengan Rinto.
@ @ @ @ @
Mohon beri dukungannya, dan jangan lupa tinggalkan jejak...
Wasalam....