JoyNovel

Lisons le monde

Ouvrir l'APP
Jodoh Kedua

Jodoh Kedua

Auteur:Aisyah Naziya Almahyra

Fini

Introduction
Ayreen Prasasti. Seorang gadis remaja yang terendam dalam gelapnya pergaulan bebas, merokok, alkohol, nar***a adalah komsumsinya setiap hari. Semua itu ia lakukan sebagai pelampiasan masa kecilnya yang sudah dibuang oleh ibu kandungnya sendiri. seperti umumnya remaja Ayreen juga merasakan romansa cinta pertama. Buta akan manisnya rayuan Ricky sang cinta pertama, Ayreen pun melepaskan keperawanannya pada Ricky. Lagi-lagi Ayreen bernasib na'as, Ayreen ditinggalkan oleh Ricky setelah merenggut keperawanannya. Kenakalan Ayreen pun semakin menjadi didunia gemerlap, hingga pada akhirnya ia di ajak menikah oleh seseorang yang baru ia kenal. Dengan harapan bisa keluar dari Dunia gelapnya, Ayreen pun bersedia menikah dengan Dirly, pria yang ia kenal satu bulan lalu di club malam. Namun sayang sangat sayang harapan tinggalah harapan, Dirly yang ia aggap seperti Malaikat yang akan membawanya kejalan yang benar justru adalah seseorang iblis yang justru berbalik menyuruhnya menjual diri untuk membiayai kebutuhan Dirly. Bisakah Ayreen keluar dari dunia gelapnya? Mampukah Ayreen lepas dari genggaman Dirly? Dan Adakah Jodoh Kedua untuk Ayreen?
Afficher tout▼
Chapitre

Plaaakk!

Tamparan pertama dari Mama yang membuangku sewaktu kecil akhirnya mendarat di pipiku. 

"Cukup, Ayreen jaga sopan santunmu, bagaimanapun dia Papamu!" bentak Mama padaku.

"Apa? Sopan santun, tanyakan pada diri Mama sendiri!" ucapku membentak Mama balik.

"Pernahkah Mama mengajariku sopan santun? atau Mama sudah lupa bahwa pernah membuangku waktu kecil!" ucapku tegas, semakin menyudutkan Mama.

Mama pun terdiam mendengar ucapanku yang mengungkit sikapnya di masa kelam.

"Ayreen maafkan Mama ...," ucap Mama lirih.

"Maaf untuk apa?" tanyaku menyudutkan Mama.

"Untuk kesengajaan Mama yang membuangku, dan memilih kabur dengan pria ini!" ucapku kasar sembari menunjuk pria di samping Mama yang saat ini menjadi suami barunya.

"Ayreen jaga bicaramu!" bentak Mama lagi-lagi membela suami barunya.

"Jangan katakan sopan santun padaku Ma, Mama sendiri yang membuangku, jadi wajar jika aku tumbuh jadi gadis liar yang tidak tahu sopan santun!" bentakku pada Mama semakin kesal karena lebih membela suami barunya.

"Ayreen, semua tidak seperti yang kamu fikirkan," ucap Mama membela diri dari kesalahannya di masa lalu

Ntahlah, sepertinya Mama ingin menceritakan alasannya kenapa dulu sampai membuangku. tapi, aku lebih percaya pada kenyataan masa kecil yang telah di buang oleh Mama kandungku sendiri. 

"Mama tidak tau lukanya Ayreen, sakitnya Ayreen, dan kecemburuan Ayreen pada teman-teman Ay yang mendapatkan kasih sayang dari seorang Mama ...," ucapku lirih lalu menundukkan kepala mengingat masa kecil yang penuh dengan luka.

jika saja Almarhum Kakek masih hidup mungkin aku tak akan pernah menginjak rumah neraka ini. Namun, 'setelah kepergian Kakek hidupku benar-benar seperti ada di neraka,' ucapku dalam hati.

Teringat cerita tetanggaku, di waktu Mama membuang dan memberikan aku pada orang lain tanpa rasa iba, terlebih Mama membuangku tanpa sepengetahuan Ayah.

Selepas memberikanku pada orang lain, Mama pun pergi membawa Kakakku bersama pria yang saat ini menjadi suaminya.

Semua keluarga Ayah mengira bahwa Aku dan Kakak telah dibawa pergi oleh Mama, namun ada tetangga yang memberitahu Kakek bahwa ia melihat Mama memberikan aku pada orang sebelah kampungku, mendengar ucapan tetanggaku Kakek pun bergegas kerumah orang tersebut dan memintaku kembali, berhubung Kakek adalah orang yang disegani di kampung, orang itu pun mengembalikan aku pada Kakek.

Huuuffttt!

Aku benar-benar tak abis pikir saat ini, bagaimana mungkin seorang ibu tega meninggalkan bayi yang baru ia lahirkan hanya untuk pergi dengan pria lain. 

Mama pun menunduk mendengar ocehanku yang tak henti meneteskan air mata.

Melihat Mama yang masih menunduk dan menangis, akhirnya aku masuk ke dalam kamar meninggalkan Mama di ruang tamu.

'Aku benar-benar merasa asing di sini,' ucapku dalam hati kemudian menutup pintu kamar.

Satu bulan setelah kepergian Kakek dan Nenek dari Dunia, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang menjemputku.

Dia berkata bahwa ia adalah Kakak kandungku yang ikut dengan Mama, kemudian Kakak mengajakku untuk pergi dari kampung untuk bertemu dan tinggal bersama Mama.

Aku merasa asing dan tidak ingin ikut bersamanya, namun semua tetanggaku menyuruhku untuk ikut bersamanya dan tingga bersama Mama, daripada hidup sebatang kara di kampung almarhum Kakek.

Aku yang merasa asing dengan kehadiran Kakak kandungku, dengan terpaksa aku menuruti ajakannya, dengan harapan belajar memaafkan dan mengenal sosok Ibu yang sudah membuangku. 

Namun baru saja aku menginap dua hari disini, aku sudah merasa seperti ada di neraka, suami baru Mamaku menjodohkan aku dengan orang yang jauh lebih tua dari dirinya. 

Ntahlah otak dan hati mereka dimana, bagaimana mungkin aku harus menikah dengan bapak-bapak tua, bahkan usianya diatas suami baru Mamaku. 

Cukup sudah cukup!

Aku lelah berada di nerka ini, aku akan pergi dari sini, pikiranku dan hatiku berkompromi ingin cepat pergi dari sini.  

Dengan bermodalkan ijazah SMA, aku pun bertekad untuk kabur ke kota untuk mencari kerja, dan meninggalkan rumah neraka ini. 

"Ayreen, buka pintu kamu makan dulu," ucap Mama sedang memanggil dan menyuruhku untuk segera makan.

Kututup telinga berpura-pura tak mendengar panggilan Mama.

Aku berpikir setelah bertemu dengan Mama, aku akan bahagia dengan harapan ia menyesal telah membuangku dan menebus rasa bersalahnya. 

Huffftttt!

lagi-lagi ini adalah mimpi, mungkin ekspektasiku berlebihan dalam berharap pelukan hangat seorang Mama.

Aku pun mencoba memejamkan mataku, dan lepas sejenak dari perasaan sakit ini, dengan harapan besok pagi-pagi bisa kabur dari rumah neraka ini. 

"Ayreen, bangun sayang sudah pagi," ucap Mama membangunkanku sambil mengetuk pintu.

'huuufftt! aku kesiangan lagi,' ucapku dalam hati kesal pada diriku sendiri. 

"Iya," jawabku singkat dan tak banyak bicara.

"Ay ..., Mama tahu, Ay masih marah sama Mama, tapi jangan hukum perut kamu untuk tidak makan dan minum, nanti kamu sakit sayang ...," ucap mamaku lembut.

"Maafkan Mama sayang, sekarang Ay sudah kembali berkumpul dengan Mama, kita mulai semua dari awal ya," ucap Mama berusaha menenangkan hatiku.

Tapi lukaku sudah terlalu dalam, aku tidak bisa menerima kehadiran Mama begitu saja. 

"Ay, mandi dulu, biar Mama siapin makan untuk Ay," ucap Mamaku membujukku untuk makan dan mandi.

"Ay mandi dulu," jawabku singkat, mengabaikan semua kata-kata Mama.

"Iya Sayang, Mama siapin makan dulu ya," ucap Mama lalu keluar dari kamarku.

Aku benar-benar seperti berada dalam penjara kali ini, rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman dengan kasih sayang keluarga, namun justru berbalik menjadi jurang api yang siap membakarku kapan saja.

Aku benar-benar tidak sabar untuk kabur dari sini, dan mencari kebebasan diluar sana.

Seusai mandi aku pun langsung masuk ke kamar lagi, dan tak lama kemudian Mama membawakanku sarapan nasi uduk dengan susu hangat.

"Ay, nanti orang yang akan melamarmu akan datang," ucap Mama membuatku spontan tercengang.

"Ay, jika kamu tidak suka tolaklah dengan cara yang baik, katakan saja kamu belum siap," ucap Mama mengajariku menolak lelaki tua itu.

"Kenapa harus Ay yang Mama jodohkan?" tanyaku pada Mama, berharap Mama iba padaku