JoyNovel

Lisons le monde

Ouvrir l'APP
Pengantin Yang Di Tinggalkan

Pengantin Yang Di Tinggalkan

Auteur:zapra

Fini

Introduction
Pernikahan yang menyatukan kedua insan menuju hubungan sakral dan suci, kini semua hanya mimpi di mana mempelai wanita di tinggalkan begitu saja di altar pernikahan oleh pengantin pria yang lebih memilih pergi dengan wanita lain. Athalia Prameswari, pengantin yang ditinggalkan oleh pasangannya. Membuat hatinya terluka hingga tak percaya lagi dengan seorang pria. Hingga suatu hari karena kesalahannya, ia harus menuruti seorang pria untuk menikah dengannya. Apa Athalia bisa melupakan masa lalunya dan bisa mencintai seseorang yang kini berada di sampingnya? Mencintai dengan tulus walaupun pernikahan mereka hanya kontrak. Foto : yndira dejesus dari Pexels Edit foto : PicsKit
Afficher tout▼
Chapitre

Dekorasi pengantin telah siap di sebuah gedung yang telah di sewa oleh pihak mempelai dan kedua keluarga, hiasan yang begitu cantik menghiasi aula gedung tempat pernikahan di adakan.

Impian wanita menikah dan bahagia di moment yang sakral ini, juga akan menjadi kenangan terindah dalam pernikahan yang mereka lakukan.

Wanita cantik dan anggun yang akan menikah ialah Athalia Prameswari, dia adalah seorang desainer wanita pemula namun cukup terkenal dengan model gaun yang dia rancang sendiri.

Di mana dia akan melangsungkan pernikahan dengan seorang pria yang bernama Frey Kendrick, seorang pengusaha di bidang elektronik yang cukup terkenal juga.

Karena sudah menjalani hubungan selama enam tahun, akhirnya mereka memutuskan untuk segera melangsungkan pernikahan yang sudah di mimpikan sejak lama.

Gaun pernikahan telah dirancang sendiri oleh Athalia, khusus untuk pernikahan dirinya, dia telah merancang gaun yang begitu indah.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu terdengar nyaring dan menggema di dalam ruangan, dengan segera pemilik kamar tersebut berjalan dan membuka pintu.

Ceklek.

Pintu kamar terbuka, "Hai sahabatku yang cantik dan calon pengantinku," cakap Qirani yang tak lain sahabat Athalia.

Athalia yang senang akan kedatangan sahabatnya itu langsung memeluk erat, "Aku kira kamu tak bisa datang karena kesbukanmu sekarang," ucap Athalia.

Athalia menarik tangan Qirani, mengajak sabatnya itu masuk kedalam kamar yang sudah di dekorasi dengan sangan cantik.

"Mana mungkin aku tak datang untuk hal penting dan bersejarah dalam hidup sahabat ku, apa kamu kira aku tak menganggap persahabatan kita tak berarti?" tanya Qirani pada sahabatnya itu.

Athalia hanya membalas dengan gelengan kepala dan tersenyum, "Sudah mari masuk, apa kamu telah bertemu dengan Ibu dan Ayah ku?" tanya Athalia.

"Sudah, sebelum menuju ke kamar mu ini, oh iya ini hadiah dari ku. Pakai hari esok saat pernikahan di adakan, aku ingin melihat kamu memakainya." Mengulurkan sebuah kotak kecil pada Athalia.

Athalia menerima sekotak kecil hadiah pernikahannya dari sahabatnya itu, lalu ia membuka perlahan hadiah pemberian Qirani sahabatnya.

Senyum dengan mata berkaca-kaca terlihat di wajah cantik Athalia, "Kamu memberikan ini, bukankah ini sangat mahal?" tanya Athalia.

"Mahal atau tidak itu tidak penting, tapi itu hadiah khusus untukmu dari sahabatmu ini," cakap Qirani, "Persahabatan kita lebih penting bukan dari pada apa yang aku berikan itu," imbuh Qirani.

Athalia memandang kalung berlian yang di hadiahkan kepadannya, dia lalu menatap Qirani sahabatnya yang selalu ada untuknya.

"Benar apa yang kamu katakan, persahabatan kita tak bisa di bandingkan dengan hadiah atau lainnya," kata Athalia.

Athalia menyimpan baik-baik hadiah yang dia terima dari Qirani, lalu mereka bercengkrama tertawa menghilangakan ketegangan untuk hari esok.

Ketegangan seorang wanita menjadi satu bersama rasa sedih, karena ketika sudah menikah seorang wanita pasti akan meninggalkan rumah kedua orang tuanya.

Akan menempuh kehidupan yang baru, dimana ia telah menjadi seorang istri dan jauh dari kedua orang tuanya.

Hidup bersama lelaki asing yang baru beberapa tahun dikenalnya, tanggung jawab dan hak seorang Ayah telah di berikan pada pria yang akan menjadi suami dari putrinya.

Walaupun telah saling mengenal namun watak seseorang belumlah terlihat, karena watak seseorang akan terlihat ketika mereka hidup bersama.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Qirani pada Athalia yang terlihat melamun memandang luar jendela kamarnya.

Athalia langsung menoleh ke arah Qirani, "Tak apa, ayo kita makan siang sudah waktunya bukan," ajak Athalia pada Qirani.

Mereka keluar dari kamarnya untu menuju meja makan, di mana Ibu Athalia telah menyiapkan makan siang.

Qirani menyapa dan ikut membantu Ibu Athalia, "Biar Qirani bantu Tante," cakap Qirani.

"Oh nak Qirani, tak perlu ini hanya menyiapkan tak terlalu sulit. Sulit itu melepas anak wanita satu-satunya yang akan menikah dengan prianya," ledek Ibu Ahalia.

Qirani tersenyum sambil membantu Ibu Athalia menghidangkan masakan di meja makan yang sudah beliau masak, sedangkan Athalia tak boleh membantu ia duduk manis karena besok hari penting untuknya.

"Ibu jangan bicara seperti itu, aku tetaplah anak Ibu juga Ayah walaupun aku telah menikah nanti," jelas Athalia pada Ibunya.

Ibu Athalia tersenyum mendengar apa yang putrinya ucapkan, "Iya sayang, Ibu tau. Panggilah Ayah di ruang bacanya untuk makan siang bersama," pinta Ibu pada Athalia.

"Baik Bu." Athalia berjalan menuju raung baca Ayahnya untuk memnaggil beliau seperti yang Ibu perintahkan.

"Ayah, mari makan bersama. Jangan sampai Ayah telat makan, Qirani juga ada di sini tak baik bukan jika membuat seseorang menunggu," ujar Athalia membujuk Ayahnya.

Ayah Athalia segera bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati putrinya, "Iya sayang, mari kita ke meja makan." Berajalan bersamaan menuju meja makan.

Di sana telah ada Ibu dan Qirani yang telah duduk dan menunggu kedatangan kedua orang yang tak lain Ayah bersama putinya.

"Wah, sudah lama sekali kita tak makan seperti ini. Besok hari penikahan Athalia, ini seperti hari terakhir kita makan bersama." Ayah menarik kursinya untuk duduk.

Athalia menepuk pundak Ayahnya, "Jangan berucap seperti itu Ayah, aku akan sering kemari meluangkan makan bersama kalian." Athalia memandang Ayahnya.

"Qirani juga akan sering kesini untuk menemani Tante dan Om makan bersama. Apa tak sebaiknya kita makan hidangan ini sebelum dingin?" usul Qirani untuk memecahkan suasana.

"Iya benar, nanti masakan Ibu menjadi dingin," timpal Ibu Athalia.

Akhinya suasana cair kembali dan mereka segera mnyantap hidangan di meja makan, sedangkan persiapan untuk hari esok telah beres. Hanya persiapan diri untuk menyambut tamu dan acara, karena pernikahan Athalia akan di hadiri banyak Desainer senior dan beberapa model.