JoyNovel

Lisons le monde

Ouvrir l'APP
My Crazy Boy

My Crazy Boy

Auteur:Queensa

Fini

Introduction
Alvian Pradipta, seorang mostwanted dan bodbay SMA perwira. Dia yang kejam dan tak memiliku hati kayaknya manusia pada umummnya. Dia laki laki yang sering membuly, dan tak kenal siapapun itu yang dibulinya. Baik laki laki ataupun Perempuan. Suatu hari, Dia bertemu dengan gadis baik hati dan lembut. Laras Saraswati, gadis yang selalu mendapat perbuatan kejam Alvian padahal tak punya salah apapun padanya.
Afficher tout▼
Chapitre

Laras membuka pintu dan memasuki kelasnya dengan langkah gontai. Dia masuk bukannya di sambut senyuman dari teman temannya, tapi malah sebaliknya. Secara terang terangan temannya menatap sinis dan tajam kearahnya.

Ya,Laras sudah terbiasa dengan sikap temannya. Tapi kali ini temannya agak aneh. Apakah Laras bebuat salah sepagi ini?

Dan Laras menemukan jawabannya ketika dia sampai di bangku miliknya penuh dengan coretan warna warni dan tumbukan sampah diatas mejanya. Dia mengepalkan tangannya erat, melemparkan asal sampah sampah ke arah tong sampah dengan rasa kesal.

‘pasti kerjaan cowok itu.’ Batin Laras kesal.

“Bau banget ish.” Dengus teman satu kelasnya.

“Iya ya, bau amis.” Sahut temanya.

“Kayaknya dari mejanya si Laras noh,” sahut teman satunya lagi.

Larasjuga menghirup bau amis di dekatnya, dia merogoh laci mejanya. Menemukan bingkisan berbentuk kotak, Latas mengernyit heran, “Dari siapa?jangan bilang isinya aneh aneh.” Batin Laras.

Larasmeletakkan bingkisan itu diatas meja dan dia langsung membuka kotak tersebut. Dan ya, mau tak mau Laras ingin mual detik ini juga.

Larasmendengus, “Sial.”

Tanpa pikir panjang, Laras membuang kotak yang berisi bangkai itu ke tong sampah di depan kelasnya. Kemudian dia berjalan ke arah wastafel untuk mencuci tangannya. Setelah Laras mencuci tangan, dia kembali ke kelasnya. Namun ketika sampai di depan pintu,Laras dikagetkan dengan suara cowok yang selalu mengganggunya minggu minggu ini.

“Gimana hadiah dari gue? Pasti lo suka kan?” suara tajam cowok itu terdengar di indera pendengadan Laras.

Laras menoleh, menatap mata cowok yang akhir akhir ini mengusik kehidupannya. Laras menyorotkan aura permusuhan ketika menatap manik mata cowok itu.

“Lo lagi, lo lagi.” Kesal Laras.

“Gue suka bermain main sama lo,” ujar cowok itu mutlak

.

“Terima kasih untuk semua ini. Makasih banget lho,” ucap Laras santai supaya tak tersulut emosi.

“Bagus, gue suka cara lo berterima kasih kali ini,” sahut cowok itu.

Dan cowok itu bernama lengkap Alvian Aditama. Dia cowok sempurna tapi sering berbuat onar. Bahkan dia sering mengganggu siswa lain sampai dikeluarkan dari sekolah. Salah satunya yang dia usik kehidupannya adalah Laras Saraswati.

“Seperti yang lo bilang kemarin kemarin, gue udah berterimakasih dan lo pergi dari hadapan gue sekarang juga.” Ucap Laras penuh penekanan.

Alvian terkekeh,”Gak semudah itu ferguso,”

Detik ini juga, keduanya dikelilingi oleh seluruh teman kelasnya. Bahkan juga ada siswa siswi dari kelas lain. Karena sudah jelas saja, kejadin seperti ini jarang terjadi dan asyik dijadikan sebagai tontonan gratis.

“Minggir!” Ucap Laras dengan tampang tak takut sama sekali.

Larasingin segera pergi dari hadapan cowok tak berhati ini, dia melangkahkan kakinya satu langkah. Tapi langkah selanjutnya terhenti karena pergelangan tangannya sudah di cengkram kuat oleh seseorang. Saking kuatnya Laras meringis.

“Mau pergi iya? Takut berhadapan sama gue hah?!” bentak Alvian di depan muka Laras.

“Mau lo apa lagi?” tanya Laras pasrah dengan sikap cowok ini.

“Lo masih tanya mau gue apa?” ujar alvian sinis.

“Gue mau hidup lo menderita! Gue juga mau lo keluar dari sekolah ini,” sambung Alvian dengan nada tegas.

Laras merasakan kuku kuku Alvian seperti menancap pada kulit Jihan. Dia ingin melawannya tapi tenaganya tak sekuat cowok dihadapannya ini. Maka dari itu dia hanya meringis, “sshh,” rintihnya.

“Segitu aja sudah kesakitan hmm?” tanya Alvian bak psikopat.

“Lepas gak.” Berontak Laras. Dan akhirnya tangan Alvian terlepas dari pegelangan tangannya.

“Gue keluar dari sekolah ini? Dengan cara lo bikin gue menderita? Gak usah banyak berharap deh lo!” sambung Laras menantang Alvaian.

“Lo nantangin gue ceritanya? Oke ikutin alur permainan gue dan nantikan penderitaan yang lebih dari gue,” jawab Alvian tak kalah menantang.

“Ada apa ini kok rame rame?” tiba tiba terdengar suara bariton tegas yang sangat khas di telinga siswa siswi SMA Mania.

Siapa lagi kalau bukan guru killer di sekolahnya bernama Pak Rudi. Dengan kacamata bertengger di acatas hidung pendeknya, kepalanya yang mengkilat bak batu aki xixixi.

“Gak ada apa apa pak,” jawab salah satu siswa yang ada di kerumuan tersebut.

“Yasudah, bubar semua. Untuk kelas XI MIPA 1 pelajaran pertama digunakan untuk berganti pakaian.” Perintah pak Rudi.

Sontak siswa siswi yang ada dikerumuan langsung berlarian memasuki kelasnya masing masing.

Laras bersyukur atas kedatangan Pak Rudi, dia bisa pergi dari cowok di hadapannya ini. Laras berjalan melewati bahu Alvian dan meninggalkan cowok itu yang memandangnya tajam.

Laras berjalan menuju dimana lokernya berada. Dia harus berjalan munuruni 2 tangga, karena loker miliknya berada di lantai bawah.

Laras menghela napas berat untuk kesekian kalinya, dia membuka loker dan mendapati baju olahraganya yang sobek sobek bak baju bekas.

“Siapa sih yang bikin baju gue kayak gini. Huh kurang kerjaan banget pake T huaaa!!!” teriak Laras kesal.

“Kalo gue yang bikin baju lo kayak gitu, gimana?” suara khas yang belakangan ini mengusik telingaku.

Laras menoleh, dan mendapati cowok kejam tak berhati. Dia menatap mata cowok itu,begitupun dengan cowok itu. Jihan kali ini marah, baju yang dibeli pakai uang di sobek sobek macam kertas saja.

“Kalau benci sama gue bilang dong. Cara lo bikin gue menderita itu cara banci tau gak! Gue gak terima kalau lo rusak baju gue ataupun barang gue. Gue tau lo kaya, lo pasti bisa beli 100 baju seperti inikan? Tapi gue? Gue beli baju ini susah , cari uang bukan kayak cari daun kalau lo tau.” Ujar Laras meluapkan semua emosinya yang dipendam sejak tadi.

“Kalo susah cari uang gak usah sekolah bego!” gertak Alvian.

“Mau sekolah atau tidak itu urusanku.” Sahut Laras.

Tak mau berlama lama, dengan cekatan Laras pergi dari hadapan Alvian sebelum semuanya akan menjadi runyam.

Baru melangkah 2 jengkal, Laras mendengar bariton tegas dari gerald cowo kejam tak berhati.

“Pergi saja, Pergi semau lo. Lo pergi ke ujung duniapun pasti gue tau, karena kemanapun lo pergi pasti gue akan ada di situ.”

“Nikmati waktumu 1 menit saja Jihan, setelah itu gue pastikan lo akan mendapart dari gue lagi.” Sambung Alvian dengan nada menyeringai.

Laras mengacungkan jempol tangannya, Dia terus berjalan berusaha tak memikirkan ucapan Alvian. Rasanya saat ini dia ingin menangis sekuat kuatnya. Rumit. Kehidupan yang sudah rumit makin dibuat rumit oleh cowok kejam tak berhati.

Laras berjalan menyusuri kantin, melihat keadaan kantin saat ini lumayan ramai oleh siswa yang pastinya sedang makan dan ada yang berbincang bincang.

Tiba tiba saja,

*bruk*