WARNING!! 21+
Cerita ini hanya fiktif belaka, bukan untuk ditiru!
* * *
"Pak. Hen... hentikan!" Monika menahan dada bidang Rio, berharap agar pria ini berhenti mencoba menjelajah lehernya. Kedua tangannya mencoba sebisa mungkin menjauhkan diri.
"Kenapa? Kamu sudah ingin langsung ke intinya, heh?" Rio menunjukkan smirk iblisnya. Dia menatap Monika dengan pandangan berkabut penuh gairah.
Monika menggelang cepat. Bukan itu yang dia inginkan. Tempat dan waktunya yang tidak tepat. Bagaimana mereka bisa sedekat ini di perusahaan? Bagaimana kalau ada orang yang melihat mereka?
"Dua miliar!" Rio menatap manik mata biru milik Monika dalam-dalam. "Aku akan berhenti jika kamu bisa mengembalikan uang dua miliar yang ayahmu hilangkan!"
Monika menelan ludahnya dengan paksa. Mana mungkin dia bisa? Uang dua miliar bukan jumlah sedikit. Jangankan memilikinya, melihat uang sebanyak itu saja belum pernah. Dia bukan berasal dari golongan kelas atas yang bisa mendapat uang dalam jumlah besar.
"Kenapa diam? Tidak punya uang, heh?" Rio mengangkat sudut bibirnya, meremehkan wanita yang kini ada di bawah kungkungannya. Dia memaku kedua tangan di samping tubuh Monika, tidak mengizinkan wanita ini pergi dari hadapannya.
Monika bungkam. Percuma menjawabnya. Dia tidak memiliki kuasa apapun. Pekerjaannya sebagai kasir minimarket tak mungkin menghasilkan sebanyak itu untuk melunasi uang yang ayahnya bawa pergi.
Sebulir air tanpa warna luruh begitu saja, membasahi pipi tirus nan cantik. Dia tidak tahu bagaimana lagi menghadapi situasi yang tak pernah ia duga sebelumnya.
Dengan gerakan seduktif, Rio mulai mencium kelopak mata Monika. Dia bahkan menyesap air mata yang bersiap keluar detik berikutnya, merasakan cairan asin yang menyapa indera pengecapnya.
"Sweety, jangan melawan. Aku bisa bersikap lembut padamu jika kamu menurut padaku." Rio kembali tersenyum.
"Jika kamu memberontak, jangan salahkan aku jika besok kamu tidak bisa bangun dari tempat tidurmu!" bisik Rio sambil membenahi helai rambut Monika yang sedikit berantakan.
Monika tetap bungkam, tak mengucapkan sepatah kata pun. Dia pasrah pada keadaan yang ada. Tidak ada gunanya melawan, tenaganya kalah jauh dari pria bertubuh kekar ini. Pikirannya kembali menghubungkan kejadian demi kejadian yang menimpanya.
Kemarin, tiba-tiba saja lima orang pria berpakaian serba hitam datang ke minimarket dan membawanya dengan paksa. Dia harus menikah dengan pria ini untuk menyelamatkan ayahnya. Dan beberapa waktu lalu, orang-orang itu datang lagi, menjemputnya untuk dibawa ke perusahaan tempat Rio bekerja.
"Apa kamu siap?" Rio kembali memamerkan smirk andalannya. 'Gadis kecil ini tak akan melawan,' gumamnya dalam hati.
Monika menolehkan kepalanya ke samping, enggan menatap pria yang kini berstatus sebagai suaminya. Ya, suami atas dasar selembar surat kontrak yang tak pernah diinginkannya.
"Diammu aku artikan sebagai persetujuanmu," bisik Rio tepat di telinga Monika. Pria ini bahkan sengaja mengembuskan napasnya, membuat perasaan aneh seketika menyerang gadis pendiam yang belum pernah disentuh oleh siapapun.
Rio mulai menikmati santap siang spesial yang ada di hadapannya. Tangan dan bibirnya bekerjasama, menjelajah setiap jengkal tubuh wanita yang resmi berstatus sebagai istrinya.
"Kamu wangi. Aku suka." Rio memuji, sejenak melepaskan bibirnya dari leher Monika. Ini pertama kalinya dia tertarik pada wanita, bahkan langsung ingin menguasainya. Sebelumnya, jangankan mencium dan mencumbunya, menatap mereka saja membuatnya mual.
Rio kehilangan akal sehatnya dan mulai berbuat sesuka hatinya. Monika telah menjadi candu untuknya sejak dia mencicipi bibir ranum milik gadis ini semalam. Ada perasaan tak wajar yang dia rasakan, seperti ingin mendapatkan lebih dan lebih lagi.
Monika memejamkan mata. Dia tidak melawan sama sekali, membuat Rio semakin nyaman berkelana kesana kemari. Entah apa yang akan pria ini lakukan selanjutnya, Monika tidak peduli. Anggap saja dia sedang melunasi hutang ayahnya.
Permainan Rio masih berlanjut hingga satu jam kemudian. Pria itu tak puas meski telah mendapatkan pelepasan berkali-kali, membuat tubuh Monika remuk redam seolah hancur berkeping-keping. Wajahnya yang cantik memesona, kini terlihat begitu layu. Dia tidak bisa menahan serangan demi serangan yang Rio tujukan. Ini pengalaman pertama baginya.
"Istirahatlah, Sayang. Kita lanjutkan lagi lain kali," ucap Rio sambil menjauhkan badannya dari tubuh Monika.
Dengan sisa kesadaran yang ada, Monika menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Dia marah, malu, kesal, dan berbagai perasaan jengkel lainnya. Kedatangan Rio dan pernikahan ini, menghancurkan semua rencana indah yang dia miliki dengan Devan, kekasih hatinya.
Pernikahan seharusnya menjadi hal paling membahagiakan bagi seorang wanita. Bersanding dengan pria yang akan dia lihat seumur hidupnya, menjalani hari-hari penuh cinta.
Namun, agaknya takdir indah seperti itu tidak berlaku bagi Monika. Gadis 26 tahun ini justru harus menikah paksa dengan seorang pria kasar nan arogan bernama Rio Dirgantara. Dia harus menanggung kesalahan ayahnya yang kini telah tiada.
* * *
Apa yang akan Monika lakukan selanjutnya? Haruskah dia menyerah pada keadaan? Atau ada cara lain untuk terlepas dari jerat CEO mesum ini?
Sampai jumpa episode berikutnya. Jangan lupa tambahkan buku ini ke daftar bacaan kalian yaa. See you,
Hanazawa Easzy