JoyNovel

Lisons le monde

Ouvrir l'APP
My Boss My Husband

My Boss My Husband

Auteur:ShinShinta

Fini

Introduction
Awal kebohongan Andrew Martadinata dengan cara berpura-pura menikah dengan Stella Cahyadi, ternyata membawa bumerang baginya. Bagaimana tidak? Ketika ayah dari Andrew menyuruh putranya untuk segera menikahi Stella. "Maafkan aku karena terlalu posesif, karena aku mau kamu selalu ada bersamaku," ucap Andrew. Selama perjalanan kehidupan pernikahan mereka, penuh dengan lika-liku cinta yang posesif. Maklum saja ini kali pertamanya Presdir tampan itu jatuh cinta. Dia tidak akan pernah membiarkan Stella didekati pria lain. Mampukah Stella bertahan dengan sifat Andrew yang terlalu posesif itu?
Afficher tout▼
Chapitre

Sembari memasukan ponselnya ke dalam tas dan merogoh kunci mobilnya. Dengan tergesa seorang gadis keluar dari kelas, setelah mengikuti mata kuliah pilihan. Ya, mata kuliah yang diambil bagi para mahasiswa semester akhir.

"Guys, gue duluan ya!" pamitnya pada teman-teman yang belum juga meninggalkan kelas.

Banyak sekali pertanyaan dari teman-temannya mengenai kemana perginya Stella, panggilan gadis itu yang bernama lengkap Stella Cahyadi. Tumben buru-buru pergi dan tidak menjelaskan alasan apa yang membuatnya segera meninggalkan kelas. Namun, pertanyaan-pertanyaan itu tidak satu pun dijawab olehnya.

*

*

Ditempat lain.

Gairah Andrew memuncak tatkala perempuan cantik itu mendekati meja kerjanya.

Andrew berusaha mengatur napasnya yang menderu. Ruangan yang tadinya dingin karena pendingin ruangan, kini semua tiba-tiba panas membara. Dilepaskannya jas yang melekat pada tubuhnya dengan perlahan. Berlanjut pada melepaskan dasi dan kemeja yang dikenakannya.

"Are you ready honey?" ucap perempuan itu semakin menggoda.

Didekatkannya wajahnya kearah wajah Andrew. Tak bisa menolak, dia hanya mengikuti permainan panas perempuan itu. Pasrah dengan apa yang dilakukan perempuan itu. Yang penting hasratnya tersalurkan.

Tok ... tok ... tok!

Suara ketukan pintu sebanyak tiga kali membuyarkan Andrew dari tidurnya. Ternyata lelaki itu sedang ketiduran di kursi kerjanya.

"Astaga! Untung cuma mimpi!" ucapnya sembari mengusap wajahnya dengan kasar.

"Untung nggak basah," gumamnya melihat bagian celananya.

"Siapa lagi itu?" lanjutnya sembari menyuruh seseorang yang mengetok pintu itu masuk ke dalam ruangannya.

Setelah diperintah masuk oleh orang yang ada di dalam ruangan itu. Dengan langkah hati-hati Stella masuk ke ruangan yang tak lain adalah ruangan presiden direktur

presdir

dari Dinata Group.

Andrew yang sedang kikuk karena mimpinya barusan. Berpura-pura menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Saat ini dia sedang membuka berkas-berkas dan laptop dihadapannya. Tangannya masih menulis pada lembar kertas disampingnya. Sehingga beberapa detik setelah Stella masuk, suasana hening seketika.

"Permisi Pak." Stella memberanikan diri membuka suara.

"Ya," jawab lelaki yang menjabat sebagai presdir itu singkat, tanpa menoleh.

Melihat respon yang teramat cuek, sedetik kemudian Stella melangkah kakinya mendekat ke arah meja presdir. Suara langkah kaki yang terdengar berirama dari sepatu berhak tinggi yang dikenakan Stella. Ternyata irama langkah kaki Stella berhasil membuat lelaki itu menoleh.

"Siapa kamu?" tanya lelaki yang bernama lengkap Andrew Dinata.

Stella menampilkan senyum indahnya sebelum menjawab pertanyaan Andrew.

"Perkenalkan saya Stella Cahyadi, adik dari Tiara sekertaris tuan," jawab Stella sembari mengulurkan tangannya.

Uluran tangan tersebut langsung disambut oleh Andrew dengan tetap menatap bingung pada gadis muda itu. Dalam hati Andrew bingung dan bertanya-tanya siapa gerangan gadis muda ini. Perasan di kantornya ini tidak memiliki karyawan semuda gadis ini.

"Oh iya, saya kemari guna menyampaikan pesan dari kakak saya Tiara untuk memberikan berkas-berkas ini kepada bapak. Dikarenakan Mbak Tiara tadi malam melahirkan jadi tidak sempat memberikan berkas-berkas ini langsung kepada tuan," jelas Stella yang menjawab semua pertanyaan dalam hati Andrew.

Andrew menganggukkan kepalanya sembari menerima berkas-berkas yang diserahkan Stella. Kemudian Andrew pun membuka dan mengkoreksi berkas-berkas tersebut. Sedangkan Stella masih berdiri termangu ditempatnya.

"Oh iya lupa ... silahkan duduk dulu," ucap Andrew.

"Terimakasih ya, sudah mengantarkan berkas-berkas ini," lanjut Andrew sembari menoleh kearah Stella.

Dan disaat itulah dirinya tersentak kaget. Gadis muda yang ada dihadapannya saat ini tidaklah asing dalam pikirannya. Otaknya mencoba terus mengingat dimanakah dia bertemu gadis itu.

"Kamu adiknya Tiara?" tanya Andrew sedikit ragu.

Stella langsung menganggukan kepalanya menjawab pertanyaan dari bos kakaknya itu. Sebenarnya Stella ingin mengatakan sesuatu kepada Andrew. Namun, dirinya ragu untuk mengatakannya secara langsung, takut dibilang lancang.

"Astaga!" pekik Andrew tiba-tiba yang membuat Stella kaget.

"Dia kan perempuan yang ada di dalam mimpi gue?" batin Andrew bingung.

"Kenapa tiba-tiba ada di depan mata gue?" tanyanya pada diri sendiri.

Pikirannya terus menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa mimpinya jadi nyata seperti ini. Tak ingin bertingkah bodoh dihadapan gadis cantik itu. Andrew mengalihkan pembicaraannya.

"Maaf kamu ini masih kuliah atau sudah kerja?" tanya Andrew basa-basi.

"Saya masih kuliah semester akhir tuan. Dan rencananya akan melakukan magang kerja tuan," jawab Stella.

"Wah, magang dimana kamu saat ini?" tanya Andrew.

"Baru merencanakan magang dan masih mengajukan proposal tuan. Sebenarnya saya ingin magang di Dinata Group," jawab Stella sedikit ragu.

"Nah kebetulan sekali, saya juga butuh anak magang," ucap Andrew.

Stella bernapas lega seperti mendapat angin sejuk yang mempermudah ia mengutarakan niatnya ingin magang di perusahaan tersebut. Mendengar sambutan sang presdir yang mengatakan bahwa perusahaan ini juga sedang membutuhkan nak magang. Hal tersebut sudah membuat Stella merasa sangat bahagia.

"Dan kebetulan kakak kamu Tiara sedang cuti melahirkan. Jadi aku tunjuk kamu sebagai gantinya," ucap Andrew.

Setelah dapat bernapas lega, ternyata pernyataan Andrew barusan membuat napas Stella kembali sesak. Bagaimana bisa anak magang langsung menempati posisi sekertaris di perusahaan ternama ini. Lulus kuliah saja belum bagaimana bisa berstatus sebagai sekertaris meskipun hanya sementara.

"Ta-tapi tuan ..." ucap Stella terbata.

"Maaf saya tidak menerima penolakan!" tegas Andrew.

Kring ... Kring ... Kring!

Dering telepon membuyarkan suasana yang canggung itu. Segera Andrew mengangkat telepon tersebut. Dan berbicara serius dengan orang yang ada dibalik telepon itu.

Setelah mematikan teleponnya, Andrew langsung bangkit dari duduknya. Membenarkan pakaiannya dan tak lupa memasukan ponsel ke dalam kantong jasnya.

"Ayo ikut saya!" titah Andrew kepada Stella.

Hai ... ada cerita baru nih. Ikuti sampai akhir ya!

Kira-kira bagaimana kelanjutannya ya? Akankah Stella tetap mau menerima keputusan Andrew yang tiba-tiba mengangkatnya sebagai sekertaris pribadinya.

Dan telepon barusan dari siapa ya? Tampaknya penting.

Dan mau kemana itu Andrew.