JoyNovel

Mari Baca dan Kenali Dunia Baru

Buka APP
Bahagia Di Ujung Derita

Bahagia Di Ujung Derita

Penulis:ArattHanafii

Tamat

Pengantar
Jika ada yang bilang dunia ini sempit, maka uraian itu benar di rasakan oleh Kinara Larasati. Bagaimana bisa ketika dia melamar pekerjaan barunya sebagai General Manager di perusahaan Ganendra Real Estate Group yang menjadi CEO nya adalah pria yang mengambil kesuciannya. Cinta satu malam itu tidak akan pernah terlupakan oleh Kinara Larasati. Sama hal nya dengan Baraq Axelion. Dia sangat ingat dengan gadis berambut coklat emas yang selama ini dia cari karena kesalahan nya menodai gadis itu karena dia terlalu mabuk. Dunia seperti sedang berpihak padanya. Namun, kali ini dia ingin mengetahui apakah gadis itu mengingat dirinya atau malah sudah memiliki suami. Penasaran bagaimana kisah cinta satu malam antara Baraq dan Kinara? Ikuti terus cerita Bahagia Di Ujung Derita.
Buka▼
Bab

Suara desahan di dalam ruangan terhenti ketika ketukan pintu terdengar. Lipstik yang di pulas dengan tergesa dan merapikan rok span yang di gunakan dengan secepat kilat.

Sang Pria dengan langkah malas duduk di kursi kerjanya yang empuk. Menyuruh sang wanita untuk keluar dan membuka pintu.

"Sampai bertemu kembali." Wanita itu mengerlingkan matanya dan menunduk serta membuka pintu.

Terlihat seorang pria ber setelan abu-abu masuk ke dalam ruangan itu dan menatap Gadis yang keluar dengan tatapan aneh.

"Siapa perempuan itu, Baraq?"

Suara bariton yang mampu membuat semua gadis terpesona kini menyapa Baraq.

"Entah, aku tidak tahu. Tidak kenal." Baraq mengangkat bahu tidak perduli. "Kenapa kau menemui ku pagi-pagi sekali wahai Mas Bro?"

Karel memberikan sebuah map kepada Baraq. Dengan sigap, Baraq membenarkan posisi duduknya. Memperbaiki dasi nya yang miring, mengambil jas nya di meja kerja. Serta menghapus bekas lipstik merah yang ada di kerah kemeja nya.

"Baraq, jangan bilang kau habis melakukan anu bersama perempuan yang kau bilang tidak kenal." Tanya Karel yang sebenarnya sudah tau apa yang d lakukan CEO nya itu.

"Aku tidak mengatakan nya pun kau pasti sudah tahu kan?" Baraq berkata dengan mengedipkan matanya.

Baraq membaca satu persatu kata yang terdapat di dalam map yang di berikan oleh Karel.

"Akan ada General Manager baru hari ini. Kau bisa baca sendiri profil nya." Ucap Karel dengan tenang.

"Kenapa dia? Maksud ku, kenapa harus wanita seperti ini?" Tanya Baraq yang memandang jijik foto yang ada di map tersebut.

"Iya, lalu? Kau ingin yang seperti apa? Yang bahenol dan cantik? Lalu yang seperti apa? Semua calon yang di tunjukkan oleh HRD sudah kau tolak. Jadi, untuk yang ini kau tidak bisa menolaknya lagi." Sebenarnya, Karel sangat kesal kepada temannya yang juga atasan nya itu.

"Wajahnya sangat pas-pasan. Bukan niatku untuk mendiskriminasi wanita berwajah di bawah standar. Hanya saja, kau kan tahu sendiri bahwa wanita cantik adalah syarat untuk busa bekerja dekat denganku. Aku sudah bosan dengan GM yang memiliki wajah dengan kerutan di mana-mana dan memiliki payudara yang kendur. Jadi, tidak bisa kah kau mencarikan aku kandidat yang cocok?" Baraq berusaha merayu Karel.

"Hahahaha... Simpan saja muka mu yang memelas itu. Kau selalu beralasan bahwa mereka tidak bekerja dengan baik. Padahal kau hanya mengincar yang cantik. Aku benar?" Karel tertawa melihat tingkah atasannya itu.

"Kau hanya seorang pengacara kantor ini. Jadi, tidak perlu mengatur-ngatur diriku." Baraq berkats dengan gugup. Kata-kata Karel tepat sasaran.

"Jika bukan karena HRD yang mengeluh padaku, aku tidak akan ikut campur urusan ini." Karel lalu mengambil napas panjang. "Saat ini, kita sedang melakukan ekspansi besar-besaran. Tanpa GM semua pendataan dan pengambilan keputusan kita menjadi berantakan. Tidak ada waktu untuk menyeleksi ulang.

"Kau tidak memikirkan nasibku yang alergi kepada gadis tidak cantik." Baraq masih berusaha merayu Karel

"Dia adalah kandidat wanita tercantik dan termuda yang bisa aku temukan. Kemampuan nya dalam bidang ini sangat bagus di kantor sebelumnya. Jangan banyak bertingkah lagi." Karel menatap nya dengan mata elang.

"Karel, ayo lah kau dan aku sudah sangat lama saling kenal. Kau tidak kasihan kepadaku?" Baraq memohon kali ini.

"Seharusnya aku lah yang memohon padamu untuk jangan meminta yang macam-macam. Kau terlalu sibuk anu dan tidak memikirkan ini semua." Karel menekankan setiap kata-katanya.

"Karel, kau ini kurang akhlak sekali. Jangan berbicara keras-keras soal itu." Baraq ingin sekali rasanya mencekik orang di depannya itu.

"Ya sudah. Jangan mengajak ku berdebat. Nanti siang akan aku kenalkan kepada GM baru kitakita di hadapan Seluruh manager Ganendra Real Estate Group. Terimakasih aku permisi dulu."

Karel pergi meninggalkan Baraq yang menatap jijik ke atas map yang menampilkan sebuah gadis muda.

"Jika kau jatuh cinta padanya, maka aku lah yang akan tertawa paling keras." Karel mengejek Baraq sebelum keluar dari pintu kantor Baraq.

"Apa kau gila? Mana mungkin aku bisa jatuh cinta. Apalagi kepada gadis yang tidak cantik." Teriak Baraq kesal.

"Kita lihat saja nanti." Karel benar-benar pergi dari ruangan nya.

"Tidak waras." Baraq mengumpat pelan.

Entah bagaimana dia harus menghabiskan sisa hari-harinya bersama gadis yang menurut nya tidak cantik.

***

Kinara Larasati. Kandidat General Manager perusahaan Ganendra Real Estate Group. Dirinya gugup, bukan hanya gugup. Tetapi, benar-benar gugup.

Dirinya sendiri bahkan tidak pernah bermimpi akan bisa bekerja dan menginjakkan kaki di perusahaan ini. Namun, Tuhan memang maha membolak-balikkan takdir.

"Aku tidak boleh gugup. Jika aku gugup maka semua akan kacau." Dia berusaha menetralisir rasa gugupnya.

Merapikan rambut coklatnya yang di cepol serta tak lupa melihat semua sisi di wajahnya. Sempurna. Satu kata yang terbesit di dalam pikiran nya.

Dia terperangah tidak percaya saat melihat ruangan yang dia pijaki sekarang ini begitu sangat luas. Bahkan lebih luas dari kontrakan nya dan rumah orang tuanya.

Langsung naik ke lantai sepuluh sesuai yang sudah di jadwalkan. Sekali lagi, dia tetap terkejut ketika melihat tombol lift yang mencapai angka sembilan belas.

"Liftnya aja sebesar kamar aku. Bahkan masih lebih luas lift ini." Batin Kinara menjerit melihat kemegahan di gedung ini.

Keluar dari lift nya dan segera menuju meja resepsionis.

"Permisi. Bisa saya bertemu dengan Bapak Karel Dirgantara?" Tanya Kinara ramah.

"Sudah membuat janji sebelum nya?" Tanya wanita cantik dengan riasan yang sangat natural.

"Sudah." Jawab Kinara singkat masih mempertahankan keramahan nya.

Resepsionis pun mengambil telepon untuk menghubungi yang bersangkutan.

"Kinara Larasati." Panggil seseorang di lorong lantai sepuluh.

"Mbak, itu Pak Karel Dirgantara." Sang resepsionis menunjuk dengan sopan.

Karel berjalan menuju tamunya. Bersikap ramah dan tidak melunturkan senyum nya.

"Mari ikuti saya." Karel mempersilahkan Kinara untuk jalan di sampingnya.

Situasi canggung mulai menjalari keduanya. Tak ada satu kata pun yang terucap. Kinara mengikuti Karel hingga ke depan lift kaca yang sangat memukau untuk seorang Kinara.

"Namaku Karel Dirgantara. Aku seorang pengacara perusahaan sekaligus temannya Baraq Axelion, CEO di sini." Karel membuka percakapan bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.

"Aku Kinara Larasati. Kau pasti sudah membaca profil ku." Kinara hanya bisa membalas ucapan Karel sebisa nya. Rasa gugup telah menguasai dirinya.

"Apa kacamata mu itu minus? Atau hanya sekedar gaya?" Tanya Karel yang penasaran.

Sebenarnya, Karel tak bermaksud mengintimidasi Kinara. Hanya saja, dia tidak tau harus bertanya tentang apa dan alhasil pertanyaan absurd lah yang keluar dari mulutnya.

Kinara merasa tertampar ketika melihat sekeliling nya melalui lift yang transparan. Setiap karyawan yang dia lihat begitu fashionable. Bahkan seorang penyapu ruangan saja terlihat sangat cantik dengan riasan penuh di wajah.