Surya perlahan menampakkan wajahnya bersama hangatnya yang begitu membuat seseorang merasakannya terasa senang,namun itu juga berarti rembulan sudah saatnya untuk tertidur,pertanda hari ini akan dimulai dengan Cerita yang baru.
Terdengar suara lembut dari dalam sebuah rumah yang membangunkan anaknya,
"Re, bangun nak,saatnya bangun!" ucap ibunya Re,Re merupakan anak yang pemalas bangun pagi semenjak ia masuk ke SMA,beberapa kepribadiannya pun mulai banyak yang aneh.
Re merupakan anak satu satunya dan merupakan berlian bagi ibunya,
"Iya Bu aku sudah bangun",sahut Re yang membalas perkataan ibunya tadi,
"Aduh ada apa denganku hari ini ya kenapa aku merasa gelisah," gerutu Re yang bingung pada dirinya,seakan hari ini ia berbeda dan seperti akan terkena masalah,sebenarnya Re adalah anak yang pandai bahkan ia Selalu ranking 1 dari SD sampai SMP,bahkan ia juga juara olimpiade Matematika.
Dia juga sangat pandai dalam bidang komputer,namun berbeda semenjak ia masuk SMA,ia hanyalah pelengkap di kelas,ia selalu mendapat ranking 34 dari 36 siswa dikelasnya,walaupun begitu ibunya tahu bahwa anak semata wayangnya itu sedang banyak masalah dan tekanan.
Surya sudah semakin menampakkan dirinya dan hari pun sudah menunjukkan Pukul.06:45,dan berarti Re sudah akan berangkat ke sekolah,Re tidak diantar kesekolah dan juga tidak menaiki kendaraan pribadi ia naik angkutan kota
angkot
.
Namun walaupun begitu ia sangat senang,setiap orang banyak yang bertanya kenapa ia gembira walaupun hanya naik angkot,dan Re selalu menjawab"Bersekolah adalah hal yang menyenangkan,tak semua bisa menikmatinya," kata kata tersebut lah yang selalu ia katakan.
Re merupakan anak yang berkarakter dan tidak ingin ada yang menekannya,karena prinsipnya ia adalah orang yang selalu memberi tekanan.
Angkot pun sudah bertengah perjalanan ke arah sekolahnya,
"Waduh,Handphone ku ketinggalan," Katanya sambil ia mencari di tas dan agak mengeriput kan keningnya.
Walaupun begitu ia masih bertanya tanya dengan perasaanya yang gelisah pagi tadi,menurutnya sesuatu itu akan kita ketahui dengan cepat ketika pagi hari yang disampaikan lewat hati.
Re juga sangat senang menulis puisi,ia idaman bagi banyak perempuan di sekolahnya.Angkot pun sudah hampir tiba di sekolahnya ,namun angkot yang ia tumpangi itu tidak bisa lewat karena banyak sekali anak sekolah di jalanan.
Anak sekolah tersebut bukanlah anak SMA nya Re melainkan anak STM mereka membawa banyak anak-anak sekolahnya untuk menyerang sekolahnya Re,ia pun mulai gelisah ia takut akan ada korban karena dijalankan ada terlihat ceceran darah dan juga banyak baju putih yang terkoyak.
Re pun semakin gelisah karena dari kejauhan ia melihat Rio yang dimana ia menggendong seseorang bersama temannya yang lain.Rio merupakan sahabatnya Re mereka sudah seperti saudara,dan yang membuat ia lebih gelisah lagi Rio menangis sambil menahan tangis dan menahan perih lukanya.
"Pak buka pintu ini pak! saya mau keluar"ucap Re yang mulai gelisah bahkan lebih gelisah dari sebelumnya,namun sopir tersebut tidak mengizinkan karena sekolahnya tersebut sedang diserang oleh anak STM,tapi Re semakin memberontak hingga ia ditenangkan oleh gurunya,tanpa ia sadari ia satu angkot dengan gurunya ia dia guru Matematikanya Re ibu Dinta.
Dia berusaha menahan Re dan satu angkot pun berusaha menahannya karena sangat berbahaya.setelah lama akhirnya polisi pun datang dan Re bersama teman-temannya disuruh masuk kesekolah dan polisi berjaga didepan sekolahnya.
Namun Re belum juga ingin berhenti ia ingin pergi untuk mencari temannya,namun niatnya itu gagal karena Dinta sudah mengawasi Re dan minta kepada guru yang lain menjaga Re,Suasana didalam sekolah pun riuh ada yang panik dan ketakutan usai tawuran.
Namun bagi Re itu bukanlah masalahnya.Masalahnya ialah apa yang terjadi pada Rio,ia harus menunggu pukul.16:00 saat sudah pulang sekolah nanti ia bisa tahu apa yang terjadi.seharian disekolah yang lain berusaha untuk menghilangkan trauma namun ia sedang gelisah pada temannya.
Melihat Re yang nampak gelisah,Dinta pun meminta untuk Re menemuinya di waktu istirahat nanti.
"Kenapa ya Ibu Dinta menyuruhku menemuinya" pikir Re yang semakin kacau,Re merasa bahwa dia akan dimarahi karena dia ingin turun di angkot pagi tadi.
"Tapi tidak mungkin Ibu Dinta tidak mudah marah,dia guru yang perhatian," ujar nya sambil duduk sendirian di kantin. pikirannya pun terus kusut dan selalu berpikir untuk pulang.
Sebenarnya dia bisa saja bolos sekolah,karena setelah penyerangan pagi tadi situasi sekolah tidak kondusif,para guru banyak membantu polisi dalam melakukan identifikasi.
Namun Re mempunyai Prinsip bahwa bolos adalah perbuatan orang yang mempunyai IQ rendah dan bukanlah tipikal yang baik. sekalipun menurutnya itu penting namun sebuah komitmen harus tetap dijaga.
Namun seiring dia berusaha untuk tidak gelisah,pikiran dan hatinya semakin kacau,hari ini semuanya tak bersahabat padanya,Re pun terus bergumam tak tahu artinya. Disaat Re sedang memikirkan apa yang terjadi pada sahabatnya tadi pagi.
Nampak dari jauh teman sekelasnya Re memperhatikannya,dia adalah Maharani, sebenarnya Maharani sedikit bingung dengan Re yang selalu menyendiri dan seakan tidak mempunyai teman.
"Itu wanita kenapa lagi,apa aku pernah membuat salah dengannya" gumam Re yang melihat Maharani yang memperhatikannya dari jauh, namun Re berlagak tidak melihatnya.
"Aduh aku lupa,aku harus menemui ibu Dinta" pikirnya,Re pun bergegas menuju ruangan Dinta.
Re pun masuk menemui Ibu Dinta,
"Selamat siang Bu,maaf saya terlambat!" ucap Re dengan perasaan bersalah.
Namun Dinta adalah guru yang ramah,dia memberikan senyuman dan menyuruh Re untuk duduk.
"Tidak apa Re,silahkan duduk,ibu hanya ingin bertanya padamu"
Re pun bingung apa yang akan didapatkannya dari pertanyaan Ibu Dinta,
"Iya baik Bu,silahkan saya akan menjawab nya".
Dinta pun kembali berbicara,
"Apakah kamu mengenal orang yang ingin kamu tolong tadi?"
"Iya Bu saya sahabatnya,aku khawatir,karena tadi dia juga terluka"
Mendengar pernyataan Re,Dinta pun paham mengapa Re hari ini sangat gelisah dan khawatir serta sangat emosional pagi tadi,dia pun memberikan nasehat pada Re.
Sebenarnya Dinta sangat peduli pada Re,dia tidak ingin muridnya ini sampai putus asa dan gelisah seperti hari ini,Dinta pun memberikan dukungan kepada Re. Mendengar hal tersebut Re pun sangat senang ternyata masih ada guru yang peduli pada anak murid.
Setelah dari ruangan Ibu Dinta Re sedikit merasa baikkan,dia berharap bahwa tidak akan terjadi apa apa hari ini. walaupun demikian hatinya masih saja gelisah.
"Jujur aku sangat lebih menyukai kesendirian ketimbang di temani,karena menurutku aku butuh banyak waktu untuk mengenal diriku sendiri"
Re.
