Cuaca yang mendukung dan hari yang bersinar bagai bintang menyinari malam sungguh betapa indah nya hari ini di mana insan muda nan jelita bernama Fisya akan memperoleh penghargaan ke lima nya setiap tahun piala guru terbaik dari sekolah di menangkan nya.
"Selamat pagi guru kebanggaan sekolah. " kata sang adik seraya duduk di meja makan dan menyantap sarapan pagi nya nasi goreng dengan telur setengah matang.
"Pagi! " Bagaimana kuliah mu, " Aman. "Gak ada kendala kan? " Tanya Fisya nampak menarik kursi dan duduk ia begitu modis dengan pakaian khas guru biasa nya berwarna biru muda dari baju sampai rok tak lupa hijab yang menutupi helaian rambut nya.
"Alhamdulillah, sangat aman dan aku senang dengan semua kegiatan kampus. " Ucap adiknya terlihat bangun dari kursi nya hendak berpamitan ia mendekati sang kakak untuk mencium tangan Fisya yang merupakan kakak satu-satu nya sekaligus menjadi tulang punggung keluarga.
"Aku harus pergi sekarang kak, " Takut telat. "Gak apa-apa kan? " Tanya Harun
"Sama sekali tidak masalah bagi kakak, " Belajar lah yang giat dan jangan buat kakak sedih karena kamu tidak serius dengan kuliah mu. "Kata Fisya yang terlihat mengambil tisu dan mengelap bibir sisa makanan.
" Aku tidak akan mengecewakan kakak, Terimakasih telah membiayai semua uang kuliah ku. "Ucap Harun tersenyum pada Fisya.
" Sama-sama adikku," Mari kita berangkat bersama. "Kakak juga sudah selesai. " Ucap Fisya beranjak dari kursi nya dan nampak kedua nya berjalan bersama ke arah pintu keluar.
"Kak, " Sampai kapan kakak mau naik kendaraan umum, tidak ingin memiliki kendaraan sendiri. "Kata Harun terus jalan kaki dengan kakak nya.
"Kakak berfikir ada hal lain yang jauh lebih penting yang harus kakak fikirkan, kendaraan pribadi tidak terlalu kakak butuhkan untuk saat ini. " Ucap Fisya terlihat kedua nya berdiri di halte bus dengan begitu banyak orang di sana sama-sama menunggu bus.
"Karena untuk membiayai uang kuliah ku sehingga kakak melupakan keinginan dan hasrat kakak." Benar bukan. "Kata Harun terlihat sedih melihat nasib kedua nya yang harus menjalani setiap hari dengan kata hemat dan hemat.
" Iya, "Tapi kakak sama sekali tidak terbebani dengan adanya tanggungjawab untuk memenuhi semua kebutuhan mu, kakak bersyukur dengan semua takdir yang maha kuasa berikan. " Kata Fisya yang nampak naik ke bus saat bus berwarna merah tersebut berhenti di depan mereka tanpa tunggu lama bus tersebut pun penuh nampak Harun duduk di samping sang kakak.
"Aku sangat beruntung memiliki mu dalam hidup ku, kakak adalah idola ku sekaligus motivator setiap waktu, aku akan sedih jika kakak akan pergi meninggalkan ku. " Kata Harun melihat ke arah Fisya.
"Hah, bilang apa sih kamu, tidak akan pernah oke, kita akan buat ayah dan ibu di kampung bangga kepada kita." Melihat kedua anak nya saling membantu dan selalu bersama" Kata Fisya terkejut mendengar perkataan adiknya ini.
"Kakak yang bicara apa? " kan benar yang kukatakan, "Suatu saat kakak akan menikah dan kita akan berpisah. " Ucap Harun.
"Sudahlah Harun," Kamu tau kakak paling tidak suka bicara tentang menikah. "Untuk saat ini kakak ingin fokus dengan kuliah mu juga membahagiakan ibu dan ayah, kakak ingin membuat masa tua mereka bahagia dan senang. " Kata Fisya terlihat diam tidak ingin berbicara lagi dengan Harun apalagi jika selalu mengaitkan tentang perihal jodoh nya.
Di lain sisi nampak Alan gulman berpostur tinggi dengan mata coklat gelap begitu gagah duduk di kursi kebesaran nya menandatangani setiap lembaran berkas yang diberikan asisten nya. Betapa sibuk nya dia dalam perkerjaan nya sebagai pemimpin sebuah perusahaan yang bergerak pada mesin teknologi hingga ia tidak memikirkan mengenai pernikahan dan sama sekali tidak ada seorang perempuan yang mencuri hati nya.
Sifat nya yang dingin kepada setiap perempuan juga raut wajah nya yang galak dan kurang senyum menjadi alasan setiap wanita untuk menjauh dari nya.
"Maaf pak, " Saya boleh masuk? "Kata asisten nya nampak seorang perempuan dengan rambut hitam panjang memakai setelan baju khas kantor berwarna merah sedikit gemetar mengetuk pintu ruangan direktur nya ini.
" Iya, "Silahkan." Kata Alan gulman dengan suara lantang dan tegas berhenti menandatangani lembaran kertas nya itu.
"Maaf pak, apakah ada yang salah dengan hasil kerja saya." sehingga bapak memanggil saya. " Kata asisten nya berdiri di hadapan Alan dengan menunduk.
"Saya marah dengan pertanyaan mu itu, " Kenapa setiap saya memanggil karyawan saya, baik kamu atau siapapun itu ke ruangan saya, pasti kalian berfikir bahwa ada yang salah dengan hasil kerja kalian. "Kalian kurang berfikir positif, " Kata Alan dengan mata membidik menatap asisten nya.
Nampak asisten nya hanya diam tak ada sepatah kata pun yang dikatakan nya terlihat Alan sudah hafal dengan semua karyawan nya yang selalu takut jika berbicara empat mata dengan nya dalam benak Alan begitu kejam kah ia hingga para karyawan nya takut padahal sebelum ia memimpin perusahaan ia sudah berprinsip akan menjadi bos yang baik dan mengayomi dengan baik dan tidak akan membuat para karyawan di bawah naungan nya tertekan nyatanya prinsipnya itu dikalahkan oleh image yang selama ini melekat padanya.
"Bagaimana saya tidak takut pak, anda orang yang sangat serius dan hampir tidak ada gurauan untuk menghangatkan kondisi. " Gumam asisten nya nampak ia melihat ke arah Alan dan sontak saat bos nya ini menatap nya ia jadi salah tingkah dan dengan cepat nya menunduk kembali.
"Sudahlah, " Lupakan saja. Saya memanggil mu itu karena meminta tolong untuk mengirim kan papan nama ke sekolah nusa bangsa. Kedua orang tua saya telah lama menjadi donatur untuk sekolah tersebut dan hari ini adalah acara pembagian penghargaan untuk guru di sana. "Jadi setiap tahun perusahaan kita memberikan papan nama tersebut ke sekolah. " Karena itu saya meminta mu untuk mengirim kan nya ke sana, "Saya sudah memesan nya. " Kamu pergi saja bersama supir saya untuk mengambil pesanan tersebut di toko. "Kata Alan melihat ke arah nya nampak ia lengkap memakai setelan tuxedo berwarna hitam dengan dasi biru langit.
" Baik pak."Tapi siapa nama guru terbaik nya yang akan ditulis di papan nama nya"Tanya asisten nya.
"Saya tidak mengatakan kamu mengambil papan nama yang tercantum nama guru terbaik nya tapi papan nama untuk sekolah nusa bangsa yang berarti papan nama tersebut tercantum nama sekolah bukan guru sekolah. " jelas? "Kata Alan gulman beranjak dari kursi nya dan terlihat mengambil dompet dari saku kemeja nya.
" Maaf pak, saya salah sangka."Kata asisten nya.
"Maaf dan maaf terus-terusan meminta maaf, " Saya tidak membutuhkan kata maaf mu tapi pemahaman mu terhadap perintah saya. "Ini ambil uang nya untuk berikan kepada pengrajin nya, " Setengah bayaran nya sudah saya kasih di awal dan ini sisa nya. "Kata Alan meletakkan sejumlah uang 100.000 di meja nya nampak asisten nya mengambil uang tersebut di meja Alan.
" Saya akan pergi sekarang pak,"Boleh kah saya meninggalkan ruangan ini? "Tanya asisten nya gugup
" Tidak boleh. "Jawab Alan tegas
" Tapi pak, saya mau mengambil pesanan. "Kata asisten nya terlihat bingung bagaimana ia mengambil dengan cepat jika tidak diperbolehkan meninggalkan ruangan ini.
" Tentu saja boleh,"Kamu pakai bertanya. "Sudah pergi sana, " Jangan terlambat, kirim ke sekolah jam 08.15."Kata Alan nampak dari raut wajah nya ia kesal dengan asisten yang baru di kantor nya ini kurang pengalaman menurut nya dan lama mengerti akan perintah nya dan ia tidak punya waktu untuk menjelaskan setiap perintah nya.
Terlihat asisten nya pergi meninggalkan ruangan Alan dan langsung keluar kantor menuju pintu utama nampak mobil hitam sudah menunggu nya.
"Pak, " Jalan sekarang ya. "Kita ambil pesanan pak Alan" Kata asisten bos nya ini masuk ke dalam mobil dengan terlihat terburu-buru.
"Baik buk? " Saut sang supir langsung tancap gas mengemudi menuju toko tempat Alan memesan papan nama.
