JoyNovel

Mari Baca dan Kenali Dunia Baru

Buka APP
Cool Boy

Cool Boy

Penulis:Yun yoori

Tamat

Pengantar
Aku Anayya, si gadis pengejar cinta. Gadis yang selalu setia menerima luka, demi mendapatkan cintanya Kak Regan orang yang selama ini kukagumi. Perlakuannya yang dingin membuat aku menaruh hati kepadanya. Beribu cara kulakukan hanya untuk mendapatkannya. Bersaing dengan Kak Fida sempat membuat aku tiada. Perlahan aku mulai merasakan bahwa Kak Regan membalas perasaanku. Namun, seribu sayang aku bersaing juga dengan sahabatku sendiri. Ditambah dengan Kak Zero yang selama ini kuanggap sebagai Kakak, ternyata menyukaiku secara diam-diam. Kini aku harus apa?
Buka▼
Bab

Resila Anayya Putri, itu namaku. Memiliki bola mata coklat, kulit putih mulus bertubuh pendek. Dari dulu, aku sangat menyukai kakak kelas sekaligus ketua Osis di sekolahku. Namanya Regan, cowok yang terkenal pendiam dan kutu buku. Ke mana pun dia pergi sebuah buku pasti bertengger di tanggannya. Satu lagi, dia tipikal cowok dingin, irit berbicara dan tidak suka dibantah.

Kali ini aku akan menjalankan aksiku lagi, yaitu menarik perhatian Kak Regan. Aku pernah baca di cerita romantis, untuk menabrak lawan jenis agar mendapatkan perhatian. Kuharap kali ini rencanaku berhasil.

"Ok, tarik napas, Nay. Jangan gugup, ini bukan pertama kalinya," kataku dalam hati.

Terlihat Kak Regan sedang berjalan di lapangan menuju taman, tentu saja dengan sebuah buku di tangannya.

"Baiklah, mari kita lakukan."

Aku berjalan ke arah Kak Regan, pura-pura tidak melihatnya. Kakak itu terlalu asik dengan buku bacanya. Ia tidak tahu bahwa ada ancaman sedang mengikutinya. Akh, tidak, ini terlalu lebay.

Sedikit lagi, dan ....

Bruk!

Astaga apa ini? Bukannya jatuh bersama, aku malah tersungkur sendirian. Kukira akan berjalan mulus, ternyata aku apes. Lututku sedikit terluka, akibat terjatuh tadi. Kak Regan ternyata tahu, ia langsung menghindar ke samping, ketika aku ingin menabrak tubuhnya. Bahkan ia tidak menoleh sedikit pun dari bukunya.

"Kak Regan!" teriakku menggema. Sejurus mata memandang kami seketika. Aku mencoba bangkit perlahan. Luka ini sangat perih.  Tetap saja ia tidak menoleh.

Dengan nyali sedikit,  aku mencoba menarik buku itu dari pegangannya, tetapi aku kalah cepat. Tangannya begitu gesit menaikkan buku itu. Apa Kak Regan indigo?

"Pendek," ejeknya menatapku tubuhku yang kecil.

Lupakan kata itu, aku sekarang lagi senang. Baru kali ini kakak itu berbicara padaku. Ya, walaupun hanya satu kata.

"Kakak harus tanggung jawab," ketusku.

"Untuk?" tanyanya dengan santai, ia menutup bukunya lalu memandangku.

"Kak Regan sudah membuat aku jatuh," jawabku pelan. Ayolah,  sebenarnya ini salahku, tapi kapan lagi bisa berbicara dengan Kak Regan.

"Aku?" tanyanya sekali lagi.

Kenapa dia bertanya? Harusnya sebagai laki-laki dia ngalah saja. Ini tidak berjalan sesuai rencana, aku ingin mengulangnya kembali.

"I-iya. " Aku membuang muka, ia menatapku begitu tajam. Jadi ngeri lihat wajahnya kalau lagi marah.

"Berhentilah menggangguku pendek," ujarnya, lalu meninggalkan aku yang terluka. Aku emang pendek, tapi tidak bisahkah dia tidak mengejekku?

'Prok prok!'

Suara tepukan begitu jelas di telingaku. Di belakangku berdiri tiga perempuan berseragam sama sepertiku. Kak Ana, Elya, dan sang ketua Fida. Mereka merupakan kakak kelas dan anggota Osis. Kak Fida sekretaris Osis. Pastinya mereka akan sering bertemu.

"Ngapain?" tanyaku to the point.

"Oh, lihatlah adik kelas kita ini. Sekali lagi dia tidak dapat menaklukkan Regan." Kak Fida memain-mainkan ujung rambutku.

"Apa urusannya sama kalian?" Aku mencoba melawan meski sebenarnya aku sedang takut. Mereka bertiga itu geng cs tukang bully. Ya, aku salah satu korban mereka.

"Berani ya lo ngelawan?" bentak Kak Ana tepat di wajahku.

Untung nafasnya harum, kalau tidak sudah aku pukul wajahnya yang sok cantik itu. Faktanya sih dia emang cantik, tapi tidak bisakah dia selalu memuji dirinya.

"Sudah lama kita tidak memberi pelajaran pada adik kelas nggak tahu diri, ya?" tanya Kak Fida pada kedua cs-nya. Sedangkan Kak Elya hanya terdiam sambil mengunyah permen karet yang berada dalam mulutnya.  Kak Elya terbilang terlalu kalem dari antara gengnya.

Firasatku tidak enak, pastilah mereka akan menghukumku seperti biasa. Kumohon ada satu keajaiban. 

"Lepaskan, Kak, sakit." Aku mengadu kesakitan ketika Kak Fida dan Kak Elya menarik rambutku kuat.

"Ini balasan untuk lo yang seenaknya cari perhatian sama calon  pacar gue. Lo pikir Regan akan suka gitu sama lo?  Jangan mimpi terlalu jauh. Awas aja sekali lagi lo dekatin Regan, tanggung sendiri akibatnya." Ancam Kak Fida.  Sebelum pergi ia melayangkan satu tamparan keras ke pipiku.

Plak!

"Ini belum seberapa." Mereka pergi tanpa wajah berdosa. Tebal sekali wajah mereka, seakan tidak ada malu menganiaya  orang di bawah mereka.

Aku meringis kesakitan pada area pipiku yang memerah. Aku takkan nyerah, aku harus mendapatkan cintanya Kak Regan, tidak peduli dengan resikonya.

***

'Mengapa duniaku tidak seperti dunia orange? Maksudku tidak bisakah aku mendapatkan cintanya Kak Regan?' batinku di parkiran. Jam pelajaran telah usai. Aku sedang menunggu Kak Regan keluar kelasnya.

Aku akan memberinya sebuah kado. Walau kutahu dia pasti akan menolaknya lagi, tapi apa salahnya mencoba?

Akhirnya yang kutunggu keluar juga. Ia berjalan bersama keempat sahabatnya. Mereka seperti pangeran yang sedang berjalan. Tidak ada cacat sedikit pun di wajah mereka, atau bisa dibilang bibit unggul.

"Kak Regan," sapaku menghampiri mereka.

"Loh, neng geulis, ngapain atuh di sini?" tanya Kak Farhan dengan logat bahasa sundanya.

"Mau ngasih kado buat Kak Regan, kak," jawabku malu-malu.

Mereka berempat saling pandang, sedangkan cowok dingin ini menatapku tajam. Apa artinya ditolak lagi?

"Yakin?" tanya  Kak Ryan ragu.

Aku membalas dengan tersenyum kikuk. Jujur sebenarnya aku takut, tapi bagaimana lagi.

"K--ka--kak ini kadonya." Aku menyerahkan kado itu dengan gementaran sambil memejamkan mata.

"Gue nggak Ultah," balasnya cepat. Aku membuka mataku perlahan.

"Tapi ini bu ...." Ucapanku berhenti kala tangan Kak Regan melemparkan bingkisan kado itu dari tanganku. Alhasil semua isinya berceceran. Sakit sekali hati ini menerima perlakuan Kak Regan. Ini pertama kalinya ia melemparkan kado yang kuberi. Biasanya dia akan meninggalkanku. Apa artinya dia mulai jengah dengan sikapku?

"Sudah gue bilang jangan ganggu gue lagi. Lo punya telinga nggak sih?" Kak Regan membentakku dengan kasar.

Aku mencoba untuk tidak menangis,  tapi tetap aja air mataku tidak mau diajak kerja sama. Dapat dipastikan teman-temannya Kak Regan memandangku dengan kasihan.

"Kak," isakku di sela tangisku.

"Lo emamg perempuan murahan atau gimana?" Kasar sekali pertanyaan Kak Regan, air mataku semakin luruh dengan pertanyaan tajamnya itu.

"Regan!" tegur Kak Farhan.  Ia mencekal tangan kekar cowok di hadapanku lalu memasukkannya ke dalam mobil. Mobil itu melaju seketika disusul temannya  dari belakang mengendarai  motor.

Tinggallah Kak Zero, yang tak kalah dingin dengak Kak Regan. Malu, aku sungguh malu depan Kak Zero. Kupunguti semua isi kado yang berceceran tadi dengan berurai air mata. Hingga sebuah sapu tangan mendarat di pipiku. Aku semakin menangis sejadi-jadinya,  depan Kak Zero. Dia me-lap air mataku dengan sapu tanganya.

"Berhentilah mengganggu orang yang tidak menyukaimu.  Lebih baik menjauh dari pada terluka," ujar Kak Zero menyerahkan sapu tangannya padaku.

"Tapi aku mencintainya," kataku sesenggukan.

"Hingga kau rela terluka? Ini bukan cerita yang sedang diatur alurnya. Udahlah, gue mau pulang duluan. "

"Sapu tangannya, kak?" tanyaku berdiri menghampirinya ketika hendak melajukan motornya.

"Pulangkan ketika  sudah bersih," ucapnya lalu pergi di telan angin. Ekh, maaf salah tulis.

"Aku akan tetap mengejar cinta Kak Regan!" teriakku tanpa menperdulikan cacing yang sedang tidur di dalam tanah.  Untung saja sekolah sudah sepi, kalau tidak aku pasti dikatain gila.

•••

To be continue ....

hello, this is my story, i hope you guys like it Continue the next part