JoyNovel

Mari Baca dan Kenali Dunia Baru

Buka APP
THE CAMERA NEVER LIES

THE CAMERA NEVER LIES

Penulis:WordWarior

Tamat

Pengantar
Dinda adalah seorang fotografer berbakat yang menemukan sebuah kamera terkutuk di sebuah toko barang antik. Meski teman-temannya sudah memberikan peringatan, Dinda terus menggunakannya dalam setiap proyek fotografinya. Namun, setelah mengambil foto-foto dengan kamera itu, Dinda mulai merasa ada kejanggalan dalam hasil fotonya. Dia merasa ada sosok yang mengikuti dirinya dalam setiap foto yang diambil dengan kamera tersebut. Hingga pada suatu malam, Dinda menjadi sangat terobsesi dengan ambisinya sehingga kamera tersebut menjadi sebuah kutukan baginya. Namun, setelah itu terungkaplah sebuah twist yang membingungkan pembaca: sosok yang selalu muncul di dalam foto yang diambil dengan kamera terkutuk sebenarnya adalah Dinda sendiri. Kamera tersebut sebenarnya hanya menjadi sarana untuk menunjukkan sisi gelap dalam diri Dinda yang selama ini terpendam.berbagai teror muncul.sampai akhirnya Dinda tersesat dalam bayangan kelamnya. Dalam adegan flashback di akhir cerita, terungkaplah bahwa Dinda pernah mengalami kejadian traumatis di masa lalu yang membuatnya selalu merasa tidak aman dan tidak percaya diri. Kamera terkutuk sebenarnya hanya memperkuat ketidakpercayaan diri Dinda dan memicu sisi gelapnya untuk muncul. Dalam akhir cerita, Dinda memutuskan untuk mengatasi traumanya dan mengejar kembali impian fotografinya tanpa terkendala oleh rasa takut dan ketidakpercayaan diri. "The Camera Never Lies" adalah sebuah cerita tentang pengalaman pahit seorang fotografer dalam mengejar ambisinya, dan bagaimana sebuah objek yang sebenarnya tidak bersalah dapat memicu sisi gelap dalam diri seseorang. Cerita ini memberikan pesan moral tentang pentingnya menerima diri sendiri dan mengatasi trauma masa lalu untuk mencapai impian kita
Buka▼
Bab

Dinda terus memandang kamera terkutuk yang terpajang di etalase. Dia merasa tertarik dan penasaran tentang kamera tersebut. Akhirnya, Dinda memutuskan untuk masuk ke dalam toko kamera dan menanyakan tentang kamera terkutuk tersebut kepada Andi, penjual kamera yang menjadi mentornya.

"Maaf pak, apa benar kamera ini terkutuk?" tanya Dinda sambil menunjuk kamera yang terpajang di etalase.

Andi tersenyum dan menjawab, "Benar sekali, kamera ini memang terkenal sebagai kamera terkutuk."

Dinda merasa semakin penasaran dan meminta Andi untuk memberikan penjelasan tentang kamera tersebut. Andi pun menjelaskan bahwa kamera tersebut dikatakan membawa sial bagi pemiliknya dan selalu menghasilkan foto-foto yang tidak diinginkan.

Meskipun penjelasan Andi membuat Dinda merasa sedikit takut, namun rasa penasarannya semakin besar. Ia bertanya lagi, "Apa kamera ini masih bisa digunakan?"

Andi mengangguk, "Ya, kamera ini masih bisa digunakan. Namun, sebaiknya kamu berhati-hati dan berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk membelinya."

Dinda memikirkan kembali keputusannya. Dia ingin memiliki kamera tersebut karena merasa tertantang untuk membuktikan bahwa tidak ada kamera yang terkutuk di dunia ini. Namun, dia juga takut akan mendapatkan foto-foto yang tidak diinginkan seperti yang dijelaskan oleh Andi.

Rian, sahabat Dinda yang juga seorang fotografer, menyarankan agar Dinda mengambil keputusan setelah mencoba mengambil beberapa foto dengan kamera tersebut. Maya, model yang sering bekerja sama dengan Dinda, juga menyarankan agar Dinda mempertimbangkan kembali keputusannya.

Dinda berpikir sejenak dan akhirnya memutuskan untuk mencoba kamera terkutuk tersebut. Dia merasa yakin bahwa tidak ada yang terkutuk di dunia ini dan ingin membuktikan itu.

Dinda mempelajari fitur-fitur kamera terkutuk dengan penuh semangat. Setiap kali dia menekan tombol pada kamera tersebut, terdengar suara aneh yang membuat bulu kuduknya merinding. Namun, semangatnya tak surut. Dinda terus menggali kemampuan kamera tersebut, bahkan mencoba beberapa fitur yang seharusnya lebih baik dia hindari.

Rian melihat Dinda asyik mempelajari kamera terkutuk tersebut dan mencoba memperingatkannya, "Dinda, hati-hati ya. Kamera itu terkenal dengan sebutan 'terkutuk' karena sering kali menghasilkan foto-foto aneh dan mengerikan."

Dinda hanya tertawa, "Apa-apaan sih, Rian. Aku yakin aku bisa mengambil foto yang bagus dengan kamera ini. Bahkan, aku akan membuatnya menjadi terkenal di dunia fotografi."

Maya bergabung dengan mereka dan memandangi kamera terkutuk tersebut dengan penuh rasa takut. "Kalian benar-benar ingin memakai kamera itu? Aku tidak ingin terkena sialnya," ujarnya dengan nada khawatir.

Andi yang mendengar percakapan mereka, tersenyum dan menghampiri mereka, "Lihatlah, saya tahu kalian sangat ingin mengambil foto yang menakjubkan dengan kamera ini, tapi perlu diingat bahwa penggunaannya memerlukan kehati-hatian dan kesabaran."

Dinda mengangguk, "Saya mengerti, Andi. Saya akan berhati-hati dan belajar dari pengalaman."

Namun, ketika Dinda mencoba fitur zoom kamera tersebut, dia terkejut karena terlihat bayangan aneh pada layar LCD. Dia mencoba menghapus foto tersebut, tetapi bayangan tersebut muncul lagi di foto berikutnya.

Rian dan Maya menatap Dinda dengan khawatir. "Sudah kukatakan, jangan main-main dengan kamera itu. Sekarang kau bisa lihat sendiri, Dinda. Apa yang kita bicarakan tadi benar," ucap Rian dengan nada serius.

Dinda menggelengkan kepala, "Tidak, aku tidak akan menyerah begitu saja. Saya harus menemukan cara untuk mengatasi 'terkutuknya' kamera ini."

Dengan rasa penasaran yang semakin besar, Dinda terus mempelajari fitur-fitur kamera terkutuk itu.

Dinda mengambil kamera terkutuk dan mulai mencoba memotret beberapa objek di sekitarnya. Dia merasa tidak ada yang berbeda, seperti biasa saja. Rian dan Maya menyaksikan dari jauh dan melihat ekspresi kekecewaan di wajah Dinda.

“Gimana, Dinda? Apa yang terjadi?” tanya Rian.

“Kamera ini sama saja seperti kamera biasa, tidak ada yang berbeda,” jawab Dinda.

Andi mendekati mereka dan bertanya, “Sudah mencoba semua fiturnya?”

“Sudah, tapi tetap tidak ada yang berbeda,” jawab Dinda.

Andi mengambil kamera dari Dinda dan melihat ke dalamnya dengan cermat. Setelah beberapa saat, dia memberikan kamera tersebut kembali kepada Dinda dan berkata, “Sepertinya kamera ini membutuhkan seseorang yang memiliki ‘mata batin’ yang kuat untuk mengaktifkan kemampuannya.”

“Mata batin? Apa itu?” tanya Maya.

“Mata batin adalah kemampuan untuk melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang,” jawab Andi.

Dinda merasa tertarik dengan penjelasan Andi. Dia mulai memikirkan bagaimana cara mengaktifkan kamera tersebut dengan mata batin. Akankah Dinda berhasil mengaktifkan kemampuan kamera terkutuk tersebut?

Dinda duduk di tepi sungai, memandangi objek-objek yang ada di sekitarnya. Ia merasa frustasi karena sudah beberapa kali mencoba memotret dengan kamera terkutuk yang baru saja dibelinya, tetapi tidak menemukan keunikan apapun dari hasil jepretannya.

"Sudah mencoba setting ISO-nya? Atau mungkin coba ubah white balance-nya?" Rian mencoba memberikan saran pada Dinda.

"Sudah, tapi tetap saja hasilnya biasa-biasa saja," jawab Dinda dengan suara rendah.

Maya yang sedang duduk di sebelah Dinda mencoba menghibur, "Tenang saja, mungkin besok kamu akan menemukan inspirasi baru."

Andi, yang sedang memantau dari kejauhan, mendekati mereka. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

Dinda mengangguk dan memberikan kamera terkutuknya pada Andi. "Saya sudah mencoba beberapa setting tapi tetap saja tidak ada yang berbeda. Bisakah kamu coba?"

Andi mengambil kamera tersebut dan dengan cermat memeriksanya. Ia memutar-mutar beberapa bagian di kamera tersebut dan mengambil beberapa foto. "Coba lihat hasilnya sekarang," ujarnya sambil memberikan kamera tersebut pada Dinda.

Dinda memeriksa hasil jepretan Andi dan terkejut dengan keindahan yang terekam dalam kamera tersebut. "Wow, ini sangat luar biasa! Bagaimana kamu bisa menemukan setting-nya?"

Andi tersenyum, "Kamera ini memang terkutuk, tetapi jika kamu mengerti cara kerjanya, ia akan memberikan hasil yang sangat memukau."

Dinda merasa lega karena akhirnya menemukan keunikan dari kamera terkutuk tersebut. Dia mulai memotret dengan semangat yang baru dan berhasil menghasilkan foto-foto yang luar biasa indah.

Namun, tanpa disadari, ketika mereka sedang asyik memotret, tiba-tiba cuaca berubah menjadi sangat buruk dan mereka terjebak di tengah hujan lebat. Dinda dan teman-temannya mencoba mencari tempat berteduh, tetapi tidak berhasil menemukannya.

Twist ironinya adalah, keindahan yang baru saja mereka temukan dari kamera terkutuk tersebut, sekarang terlihat suram karena hujan dan cuaca yang buruk.

Dinda terus berjalan dan memotret dengan kamera terkutuk-nya. Meskipun awalnya merasa frustrasi, tapi setelah beberapa waktu, dia mulai menemukan keunikan dari kamera tersebut. Dia mulai menemukan sudut pandang yang unik dan menangkap momen-momen yang jarang terlihat oleh mata orang lain.

Saat itu, Dinda bertemu dengan Rian di sebuah taman kota. Rian terlihat senang bisa bertemu dengan Dinda dan tertarik untuk melihat hasil fotonya. Setelah melihat beberapa foto, Rian tercengang dengan hasil karya Dinda yang luar biasa. "Kamu memang hebat, Dinda!," kata Rian.

Maya juga melihat hasil karya Dinda dan dia merasa terpesona dengan keindahan yang tertangkap dalam setiap fotonya. "Kamu memang seorang seniman sejati," ucap Maya.

Andi pun sangat kagum dengan kemampuan Dinda. Dia merasa senang bisa menjadi mentor bagi Dinda dan membantunya dalam mengembangkan bakat fotografinya. "Kamu pasti akan menjadi fotografer terbaik di masa depan, Dinda," ucap Andi dengan penuh keyakinan.

Dinda merasa sangat bahagia dengan pujian dan dukungan dari teman-temannya. Dia semakin percaya diri dan terus berusaha untuk menghasilkan karya-karya fotografi yang lebih baik lagi.

Namun, di saat yang bersamaan, kamera terkutuk-nya tiba-tiba mati dan tidak bisa digunakan lagi. Dinda merasa sedih karena ia tidak bisa melanjutkan perjalanannya dan memotret dengan kamera tersebut. Namun, Dinda tidak menyerah dan mulai mencari cara untuk memperbaiki kamera tersebut.