JoyNovel

Mari Baca dan Kenali Dunia Baru

Buka APP
Serpihan Kenangan

Serpihan Kenangan

Penulis:Serena Muna

Berlangsung

Pengantar
Ravanza dikagumi oleh banyak wanita karena memiliki wajah yang tampan dan profesinya sebagai seorang aktor hingga menarik perhatian seorang janda kesepian yang bernama Alifah. Alifah berusaha berbagai cara agar mendapatkan Ravanza sebagai pendamping hidupnya dan cara buruk pun ia lakukan yaitu membuat Ravanza lupa akan masa lalunya. Setelah rencananya itu berhasil justru terjadi sesuatu yang tidak diinginkan perlahan kenangan Ravanza akan masa lalunya kembali dan diperparah dengan munculnya wanita yang diam-diam disukai olehnya. Bagaimana akhir kisah mereka? Image source: unsplash.com Cover and Edited by Pics Art
Buka▼
Bab

Di sebuah mall yang hari ini akan diadakan nonton bareng bersama para pemain film nampak kerumunan yang sejak tadi mengantre untuk masuk ke dalam gedung bioskop. Namun sebelum masuk ke dalam bioskop mereka ingin berfoto bersama dengan para aktor dan aktris yang bermain dalam film ini, di antara aktor dan aktris yang bermain di film ini adalah Ravanza Arkan Daniel, aktor berusia 27 tahun yang memang memiliki paras tampan dan postur tubuh ideal hingga tidak heran kalau setiap kali film atau drama yang ia bintangi akan meraup jumlah penonton yang sangat banyak. Ravanza begitu sabar untuk meladeni para penggemarnya yang begitu antusias untuk berfoto dengannya.

“Bolehkah aku meminta tanda tanganmu?”

“Tentu saja.”

Ravanza dengan senang hati memberikan tanda tangannya juga untuk para penggemarnya yang sudah datang untuk sesi nonton bareng ini.

“Terima kasih banyak.”

“Bolehkah aku berfoto denganmu?”

Dan masih banyak lagi permintaan dari para penggemarnya yang datang hari ini hingga tak terasa waktu mereka untuk acara nonton bersama dimulai dan mereka semua dipersilakan masuk ke dalam gedung bioskop. Tidak terasa selama 90 menit berlalu dan kini film pun sudah selesai diputar dan para pun berterima kasih pada para penggemar yang sudah datang untuk menyaksikan film mereka. Setelah acara nonton bareng itu Ravanza langsung masuk ke dalam mobilnya untuk menuju suatu tempat yang tidak lain adalah sebuah klub malam, di sana ia sudah janjian bertemu dengan seseorang. Ketika Ravanza tiba di sana, ia berusaha mencari di mana orang yang ia cari itu berada namun sepertinya orang tersebut belum datang.

“Dia itu ke mana, sih?”

Ravanza kemudian mencoba menelpon orang tersebut di luar klub malam karena di dalam suara sangat berisik dan mustahil kalau ia bisa mendengar suara orang yang ia telepon saat ini.

“Halo Ravanza.”

“Kamu di mana? Aku telah menunggumu di sini.”

“Aku minta maaf karena ada jadwal syuting dadakan hingga tak bisa datang, aku minta maaf.”

****

Ravanza benar-benar kesal dengan wanita yang sebelumnya mengajaknya datang ke sini karena ia tidak datang padahal ia sudah buru-buru datang ke sini dengan harapan bisa bertemu dengannya namun kenyataannya justru ia tidak datang.

“Menyebalkan sekali.”

Untuk melampiaskan kekesalannya, Ravanza minum-minum hingga ia tak menyadari kalau ada seorang wanita dengan pakaian cukup terbuka menghampiri dan duduk di sebelahnya.

“Halo tampan.”

Namun Ravanza sama sekali tidak tertarik meladeni ucapan wanita ini yang sekilas kalau ia lihat sepertinya adalah seorang wanita yang biasa menghibur para pria hidung belang yang mencari hiburan di tempat seperti ini.

“Kamu Ravanza kan? Aktor terkenal yang memiliki banyak penggemar itu?”

“Bukan urusanmu.”

“Kenapa kamu datang ke tempat seperti ini? Apakah kamu ingin mencari seseorang untuk melampiaskan hasratmu? Kalau memang begitu aku bersedia,” ujar wanita itu dengan nada manjanya.

Namun Ravanza menepis tangan wanita itu yang tadi berusaha menyentuh lengannya karena ia merasa risih dengan kelakuan wanita ini, Ravanza sudah terlalu banyak minum hingga ketika ia hendak pergi meninggalkan tempat ini, jalannya sempoyongan dan nyaris saja ia jatuh jika wanita ini tidak menahan tubuhnya.

“Ravanza.”

“Lepaskan aku, aku bisa jalan sendiri!”

Namun wanita ini tidak akan melepaskan kesempatan langka seperti ini, ia membawa Ravanza yang sudah mabuk itu menuju sebuah tempat yang masih ada di dalam area klub malam itu.

****

Ravanza terbangun keesokan paginya dan menemukan dirinya tidak berbusana di atas ranjang, ia tentu saja terkejut dengan pemandangan ini, kepalanya terasa begitu pusing dan ia tidak ingat apa pun yang terjadi semalam. Ravanza hanya ingat dia minum-minum di klub itu sendirian dan kemudian ada seorang wanita yang tiba-tiba datang dan mengganggunya.

“Jangan bilang kalau karena wanita itu aku ada di sini?”

Ravanza mengusak rambutnya kasar, ia pun segera turun dari ranjang dan mengenakan seluruh pakaiannya yang tercecer di lantai setelahnya ia pergi dari tempat tersebut menuju apartemennya. Sesampainya di apartemen, ia langsung pergi ke dapur untuk mengambil minum, di saat itulah ponsel yang ia letakan di atas meja makan berdering dan ia segera menjawab telepon tersebut tanpa melihat siapa orang yang menelponnya terlebih dahulu.

“Halo?”

“Ravanza, kamu sudah lihat berita?” tanya manajernya dari seberang sana.

“Berita soal apa?”

“Jadi kamu belum tahu? Ada artikel di media online yang memberitakan kalau semalam kamu tidur dengan seorang wanita bahkan video kalian melakukan itu pun juga tersebar di media sosial, sekarang semua orang tengah membicarakanmu.”

“Apa katamu?!”

Ravanza segera mematikan sambungan teleponnya dan kemudian mengecek media online di internet dan benar saja apa yang dikatakan oleh manajernya barusan bahwa banyak sekali berita miring mengenai dirinya dan parahnya lagi video semalam antara dirinya dan wanita itu ketika bercinta juga tersebar lewat media sosial.

“Tidak salah lagi, wanita itu adalah dalang dari semua ini.”

****

Berkat apa yang dilakukan oleh Ravanza kini pria itu mendapatkan sentimen negatif dari banyak pihak terutama agency dan juga para penggemarnya yang dulu begitu mengelu-elukannya namun kini berbalik menjadi caci maki dengan kata-kata kasar. Ravanza dipanggil menuju kantor agency-nya untuk melakukan pembicaraan mengenai masalah yang tengah dihadapi olehnya, Ravanza menjelaskan pada CEO Agency-nya bahwa apa yang diberitakan oleh media terlalu berlebihan dan secara tidak langsung mereka ingin menghancurkan karirnya sebagai seorang aktor.

“Anda harus percaya padaku, Pak.”

“Entahlah aku harus percaya padamu atau tidak, ini bukan kali pertama kamu membuat masalah dan menjadi bahan pemberitaan media, aku khawatir kalau aku membelamu lagi maka kamu akan kembali mengulang kesalahan itu lagi.”

“Tidak, anda harus membantu saya, kalau anda tak mau membantu saya maka karir saya akan hancur.”

“Kita lihat saja nanti, Ravanza.”

Ravanza merasa kecewa dengan sikap agency-nya yang seolah ingin lepas tangan begitu saja dengan kasus yang menimpanya saat ini, ia dibiarkan berjuang sendiri untuk memperbaiki nama baiknya yang kini sudah berada di ujung tanduk.

****

Semakin hari karir Ravanza semakin meredup, kontrak kerja sama yang sebetulnya sudah ia tanda tangani pun dibatalkan sepihak oleh sponsor karena mereka takut kalau memaksakan Ravanza menjadi bintang iklan mereka maka perusahaan mereka akan terkena dampak buruk akibat pemberitaan mengenai Ravanza ini.

“AAAAA.”

Ravanza merasa frustasi dengan yang menimpanya saat ini, ia merasa kalau dunia tengah berkonspirasi tengah menghancurkannya secara perlahan-lahan. Ravanza mendengar suara bel pintu unit apartemennya berbunyi dan ia pun melihat di layar monitor siapa yang datang saat ini dan rupanya yang datang saat ini adalah adiknya, maka ia pun segera membukakan pintu untuk adiknya tersebut.

“Kak.”

“Rose.”

“Aku datang ke sini karena mengkhawatirkanmu, media memberitakan hal buruk padamu.”

“Aku tahu, sekarang karirku sedang berada di ujung tanduk.”

Rose nampak bisa melihat raut wajah kesedihan dari ekspresi yang ditunjukan oleh kakaknya, ia pun segera memeluk Ravanza dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.