JoyNovel

Mari Baca dan Kenali Dunia Baru

Buka APP
Wanita Pekerja Malam

Wanita Pekerja Malam

Penulis:Tu_Wita

Tamat

Pengantar
Pernah menjadi korban pelecehan oleh bapak tirinya saat usianya masih belia serta tak mendapat kasih sayang dari ibunya, membuat Lucy tumbuh menjadi gadis pemberontak. Saat usia Lucy baru menginjak 18 tahun, ia memutuskan masuk ke dalam dunia malam. Ia menjadi LC di salah satu cafe di Bali. Hal itu tentu mendapat larangan keras dari keluarganya. Namun karena Lucy sudah terlanjur sakit hati pada bapak dan ibunya, ia pun tak peduli dengan larangan dari keluarganya itu. Lucy tak peduli jika dia di cap nakal oleh semua orang. Inilah jalan hidup yang sudah ia pilih sendiri. Penasaran dengan kisah Lucy?
Buka▼
Bab

Disebuah kamar kost yang terletak di pinggiran kota Tabanan, terdengar suara seorang gadis tengah berteriak.

"Jangan! Jangan lakukan ini!" teriak gadis itu.

Ia pun langsung terduduk lemas di atas kasurnya, napasnya tersengal-sengal, keringatnya pun bercucuran membahasi wajahnya, jantungnya berdegup sangat kencang, seolah ia tengah di kejar seseorang. Ya, gadis itu ialah Lucy.

"Astaga, aku mimpi itu lagi. Kenapa kejadian itu selalu muncul kedalam mimpiku?"

Hiks, hiks, Lucy menangis ketika ia mengingat kejadian buruk yang menimpanya beberapa tahun yang lalu.

"Apa yang sudah bapak lakukan ke padaku itu sangatlah buruk," gumamnya.

"Kenapa aku harus mengalami semua itu?" batinnya getir saat mengingat kejadian yang menimpanya di masa lalu.

Sejak kecil Lucy sudah terpisah dari orang tuanya. Ibunya sudah menikah lagi dan memilih tinggal bersama keluarga barunya. Dan suami baru ibunya inilah yang sudah merenggut mahkota Lucy.

Sementara bapak kandungnya, entah dimana keberadaannya sekarang. Ia sama sekali belum pernah melihat maupun bertemu dengan bapaknya. Jangankan bertemu, namanya saja ia tak tau.

Semua orang tak pernah mau memberitahu tentang siapa bapak kandungnya dan dimana keberadaannya.

"Apa di luar sana ada yang mengalami nasib sepertiku, atau jangan-jangan hanya aku saja yang mengalaminya?" tanya Lucy dalam hatinya.

"Kenapa hidupku seperti ini?" gumamnya kemudian.

"Sayang..." Panggil seseorang di luar pintu kost.

Lucy yang mendengar ada yang memanggilnya, ia pun segera mengelap air mata yang menempel di pipinya, lalu ia berjalan keluar menghampiri orang yang memangginya tadi.

Ceklek.

Lucy membuka pintu, nampaklah seorang pria berdiri dan pria itu langsung tersenyum menatap Lucy.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya pria itu pada Lucy.

Andrew, itulah nama pria itu. Di adalah kekasih Lucy.

"Nggak papa." Lucy memasang senyum manisnya.

"Ayo masuk!" ajak Lucy sembari menarik lengan Andrew.

"Mau aku ambilin minum?" tawar Lucy pada Andrew sesaat setelah Andrew duduk di tepi kasur.

"Nanti saja. Duduklah dulu," pinta Andrew.

Lucy pun duduk di samping Andrew.

"Jujur sama aku. Sebenarnya kamu kenapa?" tanya ulang Andrew pada Lucy.

"Aku tidak apa-apa." Lagi-lagi Lucy hanya menjawab tidak apa-apa.

"Biasanya kalau perempuan bilang tidak apa-apa itu, tandanya ada apa-apa. Benar nggak?" goda Andrew.

"Apa yang kamu tutupi dari aku?" tanya Andrew kemudian.

Lucy pun menyunggingkan senyumnya. Memang valid sih apa yang dikatakan oleh Andrew. Dibalik kata tidak apa-apa yang keluar dari mulut perempuan biasanya menggambarkan suasana hati yang sebaliknya. Di mulut bisa bilang tidak apa-apa. Tapi di hati, tentu saja ada apa-apa.

"Aku hanya mengingat masa laluku saja," ungkap Lucy.

"Masa lalu itu membuatku sedih jika di ingat-ingat," ujarnya kemudian. Tanpa terasa, air mata Lucy pun kembali jatuh namun ia langsung mengelapnya sesegera mungkin.

"Masa lalu tentang masa kecilmu yang jauh dari orang tua?" tanya Andrew yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Lucy.

Meski sebenarnya bukan hanya itu yang membuatnya sedih. Tetapi ia juga tak mungkin menceritakannya pada Andrew. Ia takut Andrew akan ilfeel nantinya.

"Jangan sedih lagi, Sayang. Ada aku di sini," tutur Andrew sembari memeluk Lucy.

"Aku akan menyayangimu. Aku akan memberikan seluruh kasih sayang yang tak pernah kau dapatkan dulu," tuturnya sembari mengusap puncak kepala Lucy.

"Aku tak memiliki siapa-siapa di dalam hidupku. Hanya ada nenekku saja, itupun jauh," lirih Lucy.

"Kata siapa kamu tak memiliki siapapun. Ada aku kan?" sahut Andrew.

"Aku bisa menjadi orang tuamu, temanmu, saudaramu, sahabatmu, kekasihmu dan bahkan suamimu. Aku bisa menjadi segalanya untukmu. Jadi jangan pernah berpikir kalau kamu tak memiliki siapapun," tutur Andrew.

"Aku akan selalu ada untukmu. Apapun masalahmu, kamu harus membaginya denganku," tuturnya.

"Terimakasih, Sayang." Lucy pun balas memeluk Andrew dengan sangat erat.

"Entah kenapa aku selalu nyaman berada di pelukanmu, Yank," ucap Lucy.

"Tentu saja nyaman. Karena aku sangat mencintaimu," sahut Andrew sembari menjawil gemas hidung Lucy.

"Ishhh, gombal sekali. Sejak kapan kamu jadi pintar gombal?"

"Bukan gombal, Sayang. Tapi ini adalah kenyataannya," ucap Andrew meyakinkan Lucy.

"Pasti ada maunya kalau sudah bicara seperti ini," tebak Lucy. Ia mendongakkan wajahnya agar bisa menatap wajah Andrew dengan jelas.

Andrew pun tersenyum. Lalu ia berkata, "Aku hanya merindukanmu, Sayang."

"Nah ini. Aku semakin yakin kalau kamu pasti ada maunya. Iya kan? Jujur saja!" desak Lucy.

Lagi-lagi Andrew tersenyum. "Apa salah jika merindukan kekasihnya sendiri?" tanya Andrew sembari tersenyum.

"Tidak ada yang salah. Hanya saja jika ada yang tiba-tiba memujiku, pasti ada maunya," tukas Lucy.

"Aku rasa kamu lebih cocok jadi paranormal, Sayang." Andrew terkekeh.

"Tidak perlu jadi paranormal. Karena aku selalu tau apa yang sedang kamu pikirkan," sahut Lucy.

"Apa memangnya yang aku pikirkan?" tanya Andrew.

"Apalagi kalau bukan tentang itu. Iya kan?"

Andrew pun langsung terkekeh. "Tapi kamu juga suka kan?" Andrew mengedip-ngedipkan matanya.

Bersambung...