Bugh
Bugh
"KALIAN PERGI DARI SINI!!" Suara keras dengan penekanan itu sangat terdengar di sebuah ruangan yang bernuansa modern, bercat putih dan kuning keemasan.
Choi hyunsuk, si pengusaha terkenal di usia muda. Bukan tanpa alasan, ia hanya menerima warisan dari keluarga yang warisan tersebut tidak main-main jumlah banyaknya. Jika biasanya di sebut tidak akan habis tujuh keturunan mungkin harta yang akan ia punya tidak akan habis puluhan keturunan. Bukan hanya itu, ia tidak mudah untuk mengambil semuanya. Ia juga dipaksa untuk belajar keras dari awal masuk sekolah tk hingga masuk ke dunia perkuliahan. Banyak yang mendukungnya, teman, sahabat, orang tua dan keluarga dan lebih tepatnya sang kekasih Oh Anna namanya. Walau sang kekasih tersebut dari orang yang bisa dibilang tidak punya apa-apa, sederhana atau miskin tapi ia sangat mencintainya lebih dari apapun.
Nafasnya sangat susah untuk ia rasakan sendiri dengan nyaman, rasa sesak dan tak karuan mendominan pada bagian tenggorokannya. Tenggorokan yang kering, hidungnya kembang kempis dan serta keringat yang menjuluri badannya.
Lima pria dewasa dengan topeng serta berjas hitam datang kerumahnya secara tiba-tiba. Menyerangnya tanpa persiapan apapun. Jelas ia akan kalah dengan tangan kosong tanpa alat sekecil pun. Matanya menyoroti tajam pada pria ke lima itu, tangannya terkepal kuat dan juga sangat terlihat jelas rahanya mengeras terlihat urat-urat yang muncul pada bagian tersebut. Karena marahnya dan emosinya tangannya yang terkepal tidak sengaja melukai tangannya sendiri akibat kuku-kuku yang mengeras.
"KALIAN MAU MATI? HAH?" kata Hyunsuk, ia sudah merasa lelah. Bagian tubuhnya sudah terasa remuk akibat pukulan dan serangan dari kelima pria misterius tersebut.
Pria bertopeng yang sangat jelas berdiri paling depan tersenyum smirk di balik topengnya. Tak ada jawaban darinya. Diam lebih baik.
"Apa mau kalian?" tanya Hyunsuk. Suara nada takut mulai menakutinya karena mengingat sang istri yang di kamar dengan sendiri. Semua pelayan, pembantu dan lainnya sudah disekap dan diikat dengan tali yang kuat.
"Saya mau harta anda turun semua jadi milik saya!" Dan pada akhirnya sang si misterius mulai membuka suara.
Hyunsuk tertawa, awalnya kekehan biasa kini berganti tawa mengejek. Orang di sana mulai memandangnya bingung dan aneh. "Sebelumnya saya mau bertanya," Hyunsuk menjeda ucapannya. "Ada sebuah pohon yang di atas ada buah yang segar, pohon tersebut mempunyai banyak duri bahkan semut, dan hanya itu pohon satu-satunya. Apakah mengambilnya sangat mudah? Tentu saja tidak, karena semunya butuh usaha."
"Dan anda datang langsung memintanya dengan mudah pada saya? Owh tentu tidak, itu tidak semudah yang anda pikirkan," balas Hyunsuk.
Pria bertopeng itu mulai emosi, tangannya yang tertutupi sarung tangan yang terbuat dari karet itu mulai mengeras akibat kepalannya sendiri.
"Sekarang ada dua pilihan, mati atau hidup?" sahut salah satunya yang berdiri tegak di samping paling tengah tadi.
"Bukannya itu ada pilihan di semua orang?" Hyunsuk merasa ada benarnya juga menjawab seperti itu. Terlihat pria tadi langsung diam di tempat.
"Anda tinggal milih saja. Selamat atau nyawa anda terancam dengan istri anda dan juga calon bayi anda." Pria bertopeng itu mengangkat tangannya tinggi, menunjuk hpnya yang sudah terekam istri Hyunsuk sendiri.
"Lepaskan dia, bajingan," Hyunsuk mulai panik melihat keadaan sang istri yang sudah di kawal oleh dua orang yang berpakaian sama dengan si pria topeng.
Pria bertopeng itu tertawa merasa dirinya sudah menang. Ia menatap Hyunsuk dengan tajam. "Kalau anda tidak mau memberi harta anda, maka kalian akan mati!" pekiknya.
"Serang lagi dia!!" suruhnya pada ketiga orang yang di belakangnya.
Ketiga pria bertopeng lainnya itu maju lagi dan mulai aksinya. Hyunsuk yak tinggal diam, ia harus melawan demi istri, sang calon buah hati dan hartanya.
Tuhan, saya mohon... Bantu saya
Dalam hati ia berdoa dengan lirih. Ia takut kekalahan datang padanya, ia tak mau mati dulu.
Saya mohon... Untuk kali ini Engkau berpihak pada saya.
Tangan Hyunsuk mulai memukul wajah mereka satu persatu, kewalahan namun ia harus bisa. Dari belakang ada tiba-tiba datang dengan pisau di tangannya. Hyunsuk bisa melihatnya, ia langsung memutar tangan yang di depannya hingga sang Empu menjerit kesakitan. Ia langsung memutar badan pria tersebut hingga pisau yang tertuju padanya terkana pada kawannya sendiri. Tidak hanya itu, kakinya ikut menendang pria satunya yang hampir mengerangnya dari samping.
Pria yang kena pisau pada bagian perutnya langsung terdampar ke lantai dengan lemah, lantai putih kini berubah jadi merah akibat darah yang mengalir dari perutnya. Pun, pria yang ia tendang tadi terlempar ke vas bunga besar hingga mengakibatkan benturan keras pada bagian kepalanya. Vas bunga yang terlihat bagus dan elegan kini sudah hancur berkeping-keping.
Sorot mata Hyunsuk sangat tajam, ia berbalik dan memandang ganas pria yang memegang pisau tadi. Kakinya melangkah mendekat, setelah dekat ia langsung melayangkan pukulan cukup keras ke wajah. Pria itu langsung tersungkar di lantai. Tanpa tunggu banyak waktu, ia mendekat, duduk di perut sang pria lalu memukulnya dengan tanpa ampun.
"Tidak ada yang boleh menyentuh istri saya!" tekannya. Ia mulai membabi buta tanpa henti sampai pria itu tidak bernafas.
Ia berdiri kembali, walau badannya sudah sangat sakit namun ia harus bisa. Ia menatap pria yang tertinggal itu dengan sangat tajam. Tapi, kemana satu lagi? Apakah melarikan diri karena takut?
"PERGI DARI RUMAH SAYA!" teriaknya.
Pria itu terkekeh lagi, ia lagi mengangkat hp yang di pegang pria bertopeng tadi. "Anda bisa lihat sendiri bagaimana keadaan ganas istri anda!"
Mata Hyunsuk melebar sempurna, ia menggeleng tak menyangka keadaan istrinya saat ini. Vidio itu menunjukkan jika pria itu menganiaya istrinya. Ia langsung mengakhirinya pandangannya karena mereka kini sudah tanpa busana atau tidak ada sehelai benang lagi yang menutupi badan mereka. Bedanya, pria itu tetap menggunakan topeng.
Pria bertopeng itu langsung menemui hp tersebut. Ia kembali terkekeh dengan kekehan mengejek.
"Anda sangat kasihan, saya turut prihatin."
Kaki Hyunsuk melangkah cepat, ia langsung memukul perut pria itu dengan kuat hingga pria itu terbatuk. Tak hanya itu, ia juga melayangkan pukulan pada wajah itu hingga terhuyung ke samping.
Pria itu tak tinggal diam, ia membalas namun tangan Hyunsuk cepat menahannya. Perkalian mereka tak ada hentinya, hingga kaki si pria menendang perut Hyunsuk kuat dengan tiba-tiba.
Badan Hyunsuk yang sudah di pukul berkali-kali kini sudah sangat lemah. Ketegarannya sudah hilang, pusing di kepalanya sudah sangat bertambah sakit.
Ia berusaha berdiri namun penglihatannya mengabur. Tapi tidak, ia tidak boleh menyerah.
Ia berdiri dengan sudah payah, mendekat lagi ke pria itu yang sama lemahnya dengannya. Ia langsung memukulnya dengan kuat.
Pria itu masih saja belum menyerah, ia ikut membalasnya setelah Hyunsuk tersungkar ke lantai lagi, ia berdiri dan berlari dengan susah payah keluar.
Hyunsuk tak ambil pusing, pikirannya hanya satu arah, Anna, istrinya. Ia melangkah dengan darah di pelipis yang mengalir dan kaki yang pincang. Ia berjalan ke arah kamar yang berada di lantai tiga, ia terpaksa menggunakan tangga karena lift dirumahnya rusak akibat perkelahian tadi.
Sesampainya di kamar ia melihat istrinya yang menangis sesenggukan dengan tubuh ditutupi selimut putih. Dimana pria bertopeng itu?
Seseorang memegang pundaknya dan berkata, "Kita terlambat, hyung..."
.
