JoyNovel

Vamos ler O Mundo

APP aberto
Langit Abu Abu

Langit Abu Abu

Autor:Gitong21

Concluído

Introdução
Kalimat takdir yang mempertemukan beberapa orang yang awalnya tak saling menyapa, menjadi beberapa orang yang saling merangkai cerita mereka, kisah beberapa manusia yang menyadari bahwa langit abu abu bahkan bisa didatangi pelangi warna-warni yang perlahan membuat langit abu-abu memudar dan menampakkan cantiknya langit biru.
Mostrar tudo▼
Capítulo

Pagi ini awan hitam menutupi kota, tapi hujan tak kunjung menetes. Ribuan langkah kaki menapaki jalanan kota jakarta, hari ini Minggu, entah kenapa di Minggu yang gelap ini ribuan manusia bahkan selalu menyusuri jalanan entah hanya sekedar duduk, minum, atau bahkan berjalan tanpa arah tujuan.

Aku menyusuri jalanan ramai pagi ini, dengan semua kebisingan dan riuhnya kendaraan bermotor yang asapnya mengepul aku menghela nafas dalam.

"Hhhhhhhhhhhhh".

Langkah kaki ku entah kemana, berjalan lurus menenteng tas laptop, berjalan di depan deretan tokoh dan gedung tinggi pencakar langit.

Langkah ku terhenti di depan sebuah cafe di tengah - tengah kerumunan, melangkah masuk dan membuka pintu terdengar deringan lonceng yang terguncang saat kala pintu terbuka.

Aku duduk di dekat kaca di pinggir kafe, interior kafe yang bernuansa coklat tua dan muda melambangkan keindahan estetikanya, aku meletakkan laptopku dan membukanya, membiarkan nya perlahan hidup. Lalu aku menatap keluar jendela, secangkir coklat panas yang kupesan tadi datang.

Lagi - lagi aku menghela nafas, untuk kesekian kalinya pagi ini.

Aku menatap layar laptopku mulai mengetik beberap bait cerita.

Ini bukan kisah ku yang menyedihkan saat ini, tapi yang akan ku ceritakan adalah masa dimana gadis cantik nan periang berubah menjadi gadis dingin yang seperti telah kehilangan langit biru dan menjadi langit abu - abu.

Dan ini kisahnya.

Namanya Melisa, gadis berusia 18 tahun di akhir tahun ini, gadis cantik dengan lesung pipi di sebelah kiri, dia sedang duduk di halte, menunggu bis antaran sekolah.

Dia sesekali memejamkan matanya karna rasa kantuk masih membelainya untuk tidur.

Sekarang pukul 07.10

Dreet..

Terdengar deritan rem, dari Kopaja tua yang datang dari arah barat.

Langkah kaki lemasnya perlahan memasuki bus Kopaja, dan duduk di dekat jendela kaca Kopaja.

Matanya masih setengah terpejam, namun setelahnya seseorang memanggilnya.

"Nengg, ongkosnya, neng." Ujarnya.

" Hmmm," balas ku sambil membuka sedikit mata.

"Onggkos neng." Mintanya lagi.

"Ahhh, iyaa saya fikir masnya minta apaan?."

"Tidur kok di Kopaja neng, trus nyandar kok di jendela mending nyandar di punggung saya enak kali neng." Canda nya.

Aku membuka mata ku seutuh nya dan rasa kantuk tiba - tiba menghilang.

"Hehehehe, masnya lucu." Tawa ku receh.

" Kok ketawa neng ?." Keponya

"Mas, jomblo yaa.?" Tanya ku.

"Iyaaaa.. kok tauu neng?" Tanya nya balik.

" Pantes, tulang semua pasti nggak ada yang ngasih makan yaa mas" gelengku sambil menahan tawa.

"Ehhh jangan salah, cewe - cewe komplek ngejar - ngejar saya looo neng."

"Masakkk" ejek ku.

"Lah iyaaa,"

"Iyaaa, dehhh masss, kalo saya percaya gratisin ongkos yaa," goda ku.

"Ogahhh" balasnya yang membuatku mengerutkan kening.

"Ehh aku punya mbak, lohh di rumah, cantik, gelis, masih jomblo kalo mau ntar deh di kenalin..." Jail ku lagi.

"Seriusan,?" Tanyanya lagi.

"Lah iyaa." Wajah ku memasang tampang serius.

"Ya udah deh gratis buat neng nya kali ini aja yaaa." Ujarnya.

"Asssaaaahhhh. Nih nomernya." Kata ku sambil mengambil hp dari saku baju.

Setelah mengurusi mas - mas keganjenan tadi aku kembali bersandar ke jendela Kopaja yang sudah sedikit berkarat sang kehitaman, menatap ke arah luar. Tiba - tiba tanpa di undang tetes air hujan mulai berjatuhan, aku menatap langit yang kini benar - benar gelap dan awan hitam yang sangat memberat.

Awalnya gerimis dan tetes hujan hanya jatuh satu persatu.

Kopaja berhenti tepat di depan gerbang sekolah, aku terburu - buru turun karna sepertinya sebentar hujan akan lebat.

Sekarang pukul 07.25

Aku berlari kecil ke dalam sekolah.

"Pagi pak Amin." Sapa ku pada bapak penjaga gerbang, sambil berlari masuk.

"Pagi nenggg" balasnya.

Aku berjalan di koridor sekolah dengan baju sedikit basah.

"Icakk." Kata seseorang yang mengejut kan ku dari belakang lalu melingkar kan tangan nya di bahu ku.

" Hai yan. Tumben telat kamu" sapa ku

Dia sahabat ku namanya Riyan, ciri - ciri nya. Agak, lebay, alay, dan setengah matang, alias agak lembek padahal dia cowok, dan satu yang penting.. otaknya dipenuhi hal kotor aja tapi ada batas nya yaah

.

"Biasa, ngider dulu gue" balas nya.

" ana mana" tanya ku.

Ana, dia juga teman ku, anak nya manis cantik, salah satu idola di sekolah bokap, nyokap nya dokter, dan so pasti sibuk maka makanya tampang nih anak agak acak, acakan kayak gembel.

terakhir teman ku namanya Sintia, cantik lumayan, ehhh nggak lumayan lagi, emang cantik pokok nya. Kulit nya putih rambut nya sampai bahu tapi sedikit masalah dia agak Lola otak nya konslet.

Daaannn akuu, nama ku Melisa udah tau kan di awal kisah. Bisanya mereka memanggil ku Ica, kelas 2 SMA, cantik.. kata Pama, mamah, dan ceria itu yang terpenting.

Lanjut ke cerita.

"Ana entah,, nggak tau gue, mungkin di kelas kali, udah ahh nggak tau mending kita ke kelas aja." balas nya

"Ayokkk" ajak ku.

Hujan semakin lebat, aku duduk di bangku ku sebelah barisan paling ujung sebelah kanan, kursi ke dua. Menopang tangan dagu ku dengan tangan sambil termenung. Menghayal maksud ku.

Suasana kelas riuh karna guru ada rapat jadi kelas nggak ada yang ngontrol, ana, Riyan, dan yang lain masih mengobrol dan sesekali berteriak karna hal yang mereka bicarakan. Aku menutup mata ku perlahan menikmati tiupan angin dan dingin nya hari ditambah baju ku yang agak basa membuat ku sangat dingin. Saat aku masih sibuk dengan lamunan ku seseorang mengetuk pelan meja ku. Dan semua orang serentak melihat ke arah nya.

Aku membuka mata ku perlahan melihat siapa yang mengetuk meja itu, lalu melihat nya, dia siswa laki - laki, kelas 3 dengan gaya sok kegantengan dan memuak kan.

"Hai Ica.." sapa nya.

"Mmmm.." balas ku.

"Lo tau kan gue ganteng," ucap nya alay sambil membenarkan rambut nya yang bahkan tak kusut. Yang membuat ku mengerut kan kening.

"Kenapa..?" Balas ku.

"Gue kasih loo kesempatan buat jadi pacar gue.." cerocos nya lagi.

"Hhhhhhh, gak mau" ujar ku lagi.

"Ahhhhh..." Decis nya.

Aku hanya menatap nya remeh, dan dia semakin mendekat kan wajah nya pada ku.

"Yakin.., baru kali ini loo gue kasih peluang buat orang jadi cewe gue." sombongnya

"Serahh"

"Okehhhh" ujar nya sambil mengarah kan tangan ke teman nya meminta sesuatu.

Aku menatap nya jengkel karna dia menggangu khayalan ku.

"Ini, buat loo.. kue termahal yang gue beli di singparna." Kata nya sambil memberikan bingkisan kue keju itu pada ku.

Dan terdengar suara salah satu siswa.

" Singa pura kali kak.." dan hal itu mengundang tertawaan siswa lain.

Aku mendekat kan wajah ku ke arah cowok itu, dan berkata.

"Aku tuhh, Nggak sukaa keju, suka nya es krim, dingin nggak lembek"

"Gue beliin es krim" ujar nya.

"Nggak usah, sekarang dingin dan gue mau muntah kalo loo lama - lama di depan gue.." balas ku sambil berjalan pergi dari kursi tapi langkah ku terhenti dan sedikit berbalik.

Dia yang masih tercengang sedikit tersenyum melihat ku berbalik. "Kenapa, berubah fikiran" tanya nya.

Aku mendekat kembali dan mengambil kue yang di berikan nya.

"Buat aku.." tanya ku.

"Iya dongg." Balas nya senang.

"Thanks, sayang kalo nggak di makan nihh Iyan buat kamu.." ujar ku dan aku mengambil kue itu melemparkan nya pada Rian dan ana lalu mereka menangkap dengan baik.

"Thanks cakkk, buat gue kann... "

Aku mengangkat dagu pertanda iya pada iyan

dan si kakak kelas tadi terheran melihat prilaku ku yang aneh dan berani.